Beneran Demokrat Enggan Deklarasi Hanya Alasan ini?

Seorang pengamat mengatakan, anies Baswedan tertunda deklarasi pencapresan bersama Nasdem, PKS, dan Demokrat karena si bakal calon presiden offiside dalam berkomentar. Klaim si pengamat Demokrat merasa tersinggung karena Anies mengatakan dalam propagandanya soal satu harga hingga Papua.

Ia mengatakan, itu adalah kegagalan SBY dan sukses di tangan Jokowi. Nah, ini menarik, benar bahwa Demokrat itu baperan,  tetapi bukan soal capaian atau prestasi. Mereka akan meradang dan ngambeg jika menyangkut pribadi-pribadi dari Cikeas, menyoal SBY, AHY, atau EBY.

Sangat mendasar apa yang tertulis di atas. Lihat saja soal mangkrak, mereka, Ibas pernah  menggunakan istilah mangkrak ini untuk nyinyir pada Jokowi. Padahal siapa tidak kenal Hambalang, tugu mangkrak paling eksotis dan strategis. Toh mereka masih berani menggunakan sindiran ini untuk menaikan citra mereka.

Soal utang negara pun demikian. AHY dan elit Demokrat selalu menyoal utang pemerintah. Padahal utang itu atas persetujuan DPR, dan apa yang dipakai zaman SBY juga sama gedenya. Menguap ke mana publik juga paham. Toh mereka masih berani menggunakan masalah utang ini sebagai cara pansos mereka.

Artinya, hanya soal persamaan harga hanya hal sangat kecil. Begitu banyak alasan dan dalih untuk mereka mengatakan mengenai perbedaan   harga yang jomplang. Barang kecil bagi mereka ahli ngeles.

Jauh lebih rasional, waras, dan berdasar itu sol tawar menawar posisi dan juga pendanaan. Semua melek politik juga paham bagaimana ambisi keluarga Cikeas itu tidak terbendung. Bakal calon yang paling mungkin ya hanya Anies Baswedan.

Masalahnya adalah Anies ini bukan tokoh partai, plus dana juga terbatas. Mereka lebih kuat dalam dana plus pemilik partai dengan suara cukup. Anies yang bukan siapa-siapa kog mau menjadi capres. Kan tidak banget.

Ndilalah, dilengkapi hasil survey Kompas yang menempatkan Demokrat pada posisi tiga besar. Klop sudah, makin kuat desakan untuk lebih pede naik pada posisi capres bukan sekadar cawapres. Modal suara dan kapital jelas lebih kuat AHY dari pada ARB.

Belum lagi dari sisi PKS yang tentu mau juga ikut mendapatkan pengalaman pernah membawa kandidatnya ikutan capresan.  Begitu banyak alasan mengapa masih gagal deklarasi. Terlalu naif hanya karena ARB bicara soal kesamaan harga.

Lebih pasti dan jelas mereka memang tidak memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga susah untuk mendapatkan satu kesamaan untuk menjadi calon presiden dan wakilnya. Apa sih yang mau mereka perjuangkan. Lha rekam jejaknya saja seperti itu kog.

Masyrakat itu sudah sangat paham. Elit kadang membeli pengamat yang masih sangat kuno. Seolah massa tidak paham dengan apa yang terjadi. jangan lupa internet menyajikan data sama cepat dan lengkap mau untuk pengamat atau orang biasa.

Perbedaan ini yang tidak mau dipahami oleh elit termasuk pengamat, sehingga masih berpikir seolah sama era dulu. Prestasi, kemampuan kerja, dan visi yang jelas dan konkret itu penting bagi publik pada saat ini.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply