Permainan Prabowo
Permainan Prabowo
Menhan yang satu ini hobby nyapres. Kali ketiga ini juga masih begitu ngebet. Ia paham, Jokowi adalah magnet yang perlu menjadi penarik utama. Tidak heran, ia memakai Jokowi dan bahkan kini Gibran sebagai sebuah jualan.
Isu terakhir ikut-ikutan Iriana dibawa dalam sebuah permainan politiknya. Sungguh aneh, apalagi berkaitan selama dua kali gelaran, Jokowi adalah musuh dalam arti yang paling vulgar, kasar, dan buruk. Rrival dalam politik itu biasa, namun pilihan kampanyenya tidak demikian.
Isu PKI, anak yang tidak jelas, pembangunan yang dinafikan, bahkan anak buahnya mengatakan, rakyat tidak makan beton, hanya demi menegasikan kesuksesan Jokowi dalam membangun infrastruktur. Apa yang dijadikan musuh negara, malah dijadikan rekan sejalan, FPI, HTI, dan 212.
Berbeda, Ketika tahun 2019 dimasukkan dalam cabinet, Prabowo begitu tenang, santun, dan alim anak manis pokoknya. Puja-puji untuk Jokowi dengan mudah keluar dari mulutnya. Ia yang biang kampret dan kadrun berubah jadi emak cebong militan.
Beberapa saat ini terlihat aneh sih. Begitu gencar nama Prabowo merajai hasil-hasil survey. Narasi yang berkembang PDI-Perjuangan songong, arogan, meremehkan dengan pilihan kata petugas partai. Ini diulang-ulang terus.
Permainan siapa sih ini? Laik diulik karena siapa yang mendapatkan durian runtuh dari narasi-narasi yang ada itu. Anies Baswedan sudah jauh tertinggal, susah untuk bisa bersaing saat ini. Ingat, konteks waktu ini.
Petugas Partai.
Hal yang seharusnya sepele ini dibesar-besarkan, seolah Ganjar akan tidak independent, tidak memiliki kekuasaan penuh sebagai presiden, ini yang dimainkan, sehingga publik khawatir. Permaianan kata yang cukup sukses. Prabowo aman, nyaman, dan anak manis di dalam kabinet.
PDI-P Arogan
Pertemuan dengan PSI masih cukup panas hingga hari ini. Elit PSI yang kaget dengan reaksi netizen melemparkan kesalahan pada sikap dan pilihan politik Megawati dan PDI-Perjuangan. Pernyataan, jika partai lain harus datang dengan mundhuk-mundhuk, Prabowo malah dating berkunjung. Jelas siapa yang dimaksud.
PSI terkena jabakan permainan Prabowo, sebagaimana Gibran pas Lebaran kemarin, dan pertemuan makan malam politik itu. Identik juga dengan kedatangan Budiman Sujatmiko di rumah Prabowo. Meliar tidak karu-karuan.
Piala Dunia U17
Batalnya gelaran pildun yang didengung-dengungkan sebagai akibat penolakan Ganjar sukses besar. Lupa bahwa ada FIFA, Argentina yang menggantikan, tanpa sanksi yang berat, malah ini menjadi poin, kesuksesan Erick Thohir. Cukup aneh.
Mengapa dengan cara-cara demikian?
Membuang sampah di pekarangan tetangga itu menguntungkan. Murah, meriah, siapa saja bisa melakukan. Politik Prabowo itu demikian. Berbeda dengan Anies Baswedan yang melakukan pilihan pokok tenar meskipun cemar.
Pilihan menjadi anak manis dan bergantung pada Jokowi itu pilihan logis. Ia paham, memang tidak bisa bekerja, menciptakan prestasi, ya mau tidak mau memilih untuk bertindak seperti ini.
Layak orang begitu menjadi capres ketiga kali pula? Apa tidak ada lain.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan