Catatan Pinggir Pejabat Aktif, Pencapresan, dan Potensi Penyalahgunaan Kekuasaan

Catatan Pinggir Pejabat Aktif, Pencapresan, dan Potensi Penyalahgunaan Kekuasaan

Kali ini, pejabat publik, walikota, bahkan Menteri bisa menjadi capres atau cawapres tanpa harus mundur. Pun tim kampanyenya. Potensi menggunakan anggaran negara atau daerah sangat terbuka, ketika membuat aksi atau Bahasa vulgarnya kampanye.

Kemarin, ada seorang rekan yang menayangkan status di media social memperoleh kartu Natal dari seorang walikota, sekaligus ia adalah kandidat dalam pilpres kali ini. Logo jelas pemerintahan kota setempat. Menarik adalah apa dampak, dan juga reaksi lanjutan dari itu.

Pertama, pasti anggaran itu dari pemerintahan daerah setempat, bukan sebagai kontestan pilpres 2024. Jelas-jelas terlihat dari simbol kota dan juga jabatan yang disematkan di sana.

Dua, jelas dengan gamblang, orang Timur akan mengasumsikan itu adalah satu dengan si calon dalam pilpres. Mau bersikukuh tidak demikian, juga omong kosong. Memang bisa dipisahkan? Jelas saja tidak akan bisa.

Ketiga, senada dengan jabatan menteri, Ketika kendaraan dinas dipakai untuk kampanye, karena memang jam kerja dan jam untuk promosi dirinya bisa diatur dan disiasati demikian, bagaimana mau mempertanggungjawabkan keberadaan kendaraan tersebut?

Empat, ini adalah sikap mental, jangan sampai hal-hal baik yang mau dibangun dan telah baik selama ini malah menjadi bumerang, blunder, dan mundur sekian lamanya, hanya karena ngebet kekuasaan.

Lima, susah melihat kebaikan yang selama ini sudah diperjuangkan kemudian hancur lebur karena persoalan sepele, sederhana, dan tidak cukup signifikan, dari pada apa yang sudah dilakukan. Bayangkan berkelahi dengan Barat dan juga melawan hegemoni dunia, malah kembali melakukan hal-hal remeh yang sama sekali jauh dari kelas  berseteru dengan WTO dan para anteknya.

Buat apa susah-susah melawan penguasaan aset negara selama ini, eh hanya berkutat pada hal yang remeh dan sama saja. Percuma perjuangannya.

Enam, sayang kemampuan  besar dan sangat potensial namun dirusak dengan cara-cara buruk dan murahan, ala-ala masa lalu. Apa yang dibangun selama ini runtuh seketika. Cibiran apa bedanya dengan masa lalu sangat wajar terlontar ketika melihat  perilaku yang ugal-ugalan begitu.

Eman sebenarnya dengan kapasitasnya. Ada potensi itu, eh malah dirusak.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan