Deddy Mulyadi, Anak Nakal, dan Bela Negara via Barak Militer
Deddy Mulyadi, Anak Nakal, dan Bela Negara via Barak Militer
Hadiah Hari Pendidikan Nasional ala Deddy Mulyadi adalah menyerahkan anak-anak “nakal” ke batalyon militer untuk dibina. Pembinaan Bela Negara. Gebrakan Kang Demul banyak yang layak diapresiasi. Hanya soal “mendidik” anak-anak nakal ini masih kurang tepat.
Mengapa? Layak diulik dengan lebih dalam;
Pertama, kualifikasi nakal itu seperti apa? Jika bengal, tidak bisa diatur, biang masalah di kelas, tidak mendengarkan guru atau orang tua, itu belum tentu nakal dan dengan cara militeristik bisa terselesaikan masalahnya. Sangat mungkin karena komunikasi yang tidak jalan kepada guru ataupun orang tua. Mereka mencari perhatian untuk bisa dipahami. Bisa jadi mereka memiliki tingkat intelektual yang lebih di antara lainnya. Merasa tidak dipahami, sehingga mereka jengkel dan bahasa yang keluar adalah anak nakal.

Kedua, anak sekarang berbeda dengan generasi sebelumnya. Jangan sampai penghakiman dan labeling nakal itu karena perbedaan generasi ini. Parameter generasi sebelumnya yang dikenakan pada anak-anak. Bisa berabe. Kasihan anak-anak yang sebenarnya kreatif malah menjadi tertekan dan kehilangan gairah mudanya.
Ketiga, nakal, aktif, dan kelebihan energi itu yang perlu diolah. Penghakiman bahwa nakal akan membawa dampak buruk dan bla…bla..bla… malah menjadi bumerang bagi perkembangan remaja yang sedang mencari jati diri. Hal ini yang perlu pemikiran lebih jauh.
Keempat, dengan segala hormat, mohon jangan salah mengerti, bagaimana bisa militer mau memberikan “pembinaan”, kapasitasnya kog saya rasa kurang. Apa mereka paham dengan perkembangan secara psikologis, kala yang mereka kedepankan selama ini adalah kekerasan saja. Lain, jika mereka diperlengkapi dengan psikolog professional, guru Bimbingan Konseling yang sudah berpengalaman, bukan fresh graduate,
Kelima, anak-anak yang dikirim ke barak militer bisa diterima akal saat anak itu sudah sangat meresahkan, contoh sudah melakukan tindak kriminal, mengambil barang bukan miliknya, menjuali harta milik keluarga, narkoba, tidak ada sosok yang disegani di rumah dan di sekolah. Melakukan kekerasan pada orang tua dan atau guru atau rekannya baik di masyarakat ataupun sekolah.
Anak-anak yang sudah terlibat dalam gank seperti kreak, pelaku kerusuhan, memegang pedang, clurit, dan seterusnya. Emang sudah tidak bisa dididik dengan cara yang biasa. Tindakan luar biasa untuk anak-anak yang memang luar biasa.
Keenam, jangan sampai maksud baik, namun malah menjadi lebih buruk karena salah penanganan. Bagaimana orang yang biasa memegang palu akan memukul apapun yang dianggap masalah. Padahal tidak demikian, bisa jadi perlu ditempa dulu.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
