PPKM Diperpanjang dan Egoisme Komunal
PPKM akhirnya diputuskan untuk diperpanjang. Sejak awal pandemi, PSSB dulu dipilih, jika setia dan taat azas, semua sudah bisa lebih baik. Masyarakat yang susah diatur, ditingkahi dengan mabuk politik dan agama, membuat keadaan tidak mudah.
Lihat saja, kala PSSB dipilih, teriak kudu lock down, bahkan ada elit negeri yang melibatkan bocah untuk membuat surat kepada presiden. Ada pula kepala daerah yang mengacaukan keadaan dengan aneka kebijakan publik ngaco, demi bisa menaikan eksistensi diri.
Oposan kelas babi ternyata menjadi biang kerok semua. Sudah mulai tidak tahan untuk tidak menampakan diri dengan adanya gerakan tagar, tidak usah menunggu 24. Mereka ini, sudah mulai kalap dan gelap mata, pihak yang itu-itu juga.
Mengapa egois?
Ibadah itu tentu berkaitan dengan kebersamaan dengan sesama, dan mengarahkan diri kepada Sang Pencipta. Ada dua komponen. Nah, ketika lembaga agama masing-masing sudah mengatakan ibadah di rumah. Mengapa masih juga ngeyel dan melakukan ibadah bareng dengan dalih, ibadah kog dilarang.
Tidak perlu tunggu 24, jelas siapa-siapa pemainnya. Apalagi yang menggaungkan juga sudah jelas itu lagi-itu lagi. Masalahnya adalah, mereka ini, PKS dan Demokrat dalam pemilu tidak bisa apa-apa. mereka hanya tim hore yang bisanya hanya sorak-sorak dengan hati pilu.
Eh di tengah jalan mau mengganti yang sah dipiliha oleh rakyat secara langsung. Apakah pilihan pergantian itu jaminan lebih baik? Jelas-jelas Demokrat saja gagal mengatasi hal-hal yang kasat mata, seperti terorisme, radikalisme, dan korupsi. Itu jelas dan gamblang saja gagal, kog sok-sokan mau mengatasi pandemi.
Narasi yang berkembang selama ini jauh dari apa yang seharusnya dilakukan. Nakes, pemeritah berjibaku mengatasi pandemi. Oposan rasa babi hanya teriak ganti presiden, mengorbankan bangsa dan negara dengan tanpa nurani.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan
Ada ya oposan rasa babi hahaha
Hooh nggapleki