Euro 24, Wayne Rooney, Pep Guardiola, dan TimNas Inggris

Euro 24, Wayne Rooney, Pep Guardiola, dan TimNas Inggris

Wayne Rooney melontarkan kritikan Ketika Timnas Inggris hanya mampu membuat gol yang sangat minim. Ia menuding pelatih ManCit sebagai biang kerok Inggris minim gol. Mantan pemain ManU dan Timnas Inggris itu mengatakan, jika orientasi liga Inggris sekarang penguasaan bola, bukan membuat gol. Itu semua karena Pep Guardiola  yang membawa budaya baru di tanah Inggris.

Namun, sedikit banyak asumsi Rooney ini tidak sepenuhnya tepat. Perlu diingat, era Pep di Barcelona tim ini menjadi punggawa pemenang Euro dan juga piala dunia. Di level klub, Barca juga sangat digdaya dalam membuat gol. Spanyol dan Barca tidak memberikan pembuktian pada gaya bermain Pep sebagai pembuat tim mandul membuat gol.

Manchester City pun tidak menjadi klub yang minim menciptakan gol   dalam tiap musimnya. Memang tidak semua pemain inti di tetangga Setan Merah itu dari tanah Inggris. Toh, bukan hanya tim Pep yang pemainnya dari luar.

Jauh lebih pas, bahwa pemain itu di bulan Juni dan Juli sudah kehabisan energi untuk memperebutkan piala. Mereka sudah jenuh dengan pertandingan. Apalagi piala Eropa ini intensitasnya sangat tinggi. Pemain dari klub-klub besar yang biasa permain dalam 2-3 pertandingan dalam 10 hari sangat jenuh dan bisa jadi bosan.

Pep sendiri pernah mengeluhkan padatnya jadwal pertandingan di Inggris. Ada empat piala dan liga, belum lagi biasanya pemain timnas berasal dari klub besar yang bermain di Liga Champion. Mereka sangat letih.

Motivasi bisa jadi juga tidak ada. Jangan bicara soal nasionalisme dan kebanggaan membela negara. Jika letih dan jenuh mau apalagi. Otot bisa lemas dan enggan untuk diajak kerja sama.

Usai musim itu waktunya istirahat, memulihkan tenaga dan juga motivasi. Ini malah bertanding lagi. Bisa dibayangkan jika program baru Liga Champion Eropa dengan jumlah lebih banyak, Piala Dunia dengan jumlah peserta lebih banyak. Artinya pemain akan memainkan pertandingan yang lebih sering dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Tidak banyak pemain yang masih mampu bermain dengan intensitas yang sama. Apalagi  pemain itu tulang punggung klub besar dan juga tim nasional negaranya.

Pertandingan piala dunia edisi lalu pas di tengah musim. Semangat bertanding dan fisik pemain masih cukup kuat. Lain jika dilakukan di akhir musim sebagaimana edisi sebelumnya.

Bagi klub tidak begitu berpengaruh, biasanya klub bisa memiliki lenbih banyak pemain untuk rotasi jika pemain bermain di level piala dunia. Beberapa pemain kelas atas bahkan tidak      bermain di sana karena negaranya tidak lolos. Keuntungan klub, negara juga relative baik.

Waktu menjadi penting dari pada menuding salah  satu pihak pelatih contohnya. Wajar sih sebagai mantan pemain klub rival.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan