Fadli Zon Dipecat
Kaget juga ketika membuka-buka media sosial ada pembahasan Fadli Zon hilang dari jajaran pengurus DPP Partai Gerindra. Semua media yang tidak cukup kredibel memberikan judul Fadli Zon terdepak dari DPP Gerindra. Ketika kata pencarian pengurus DPP Gerindra, media arus utama dan media besar menurunkan judul Pengurus DPP Gerindra 2020-2025.
Judulnya struktur lengkap pengurus DPP Gerindra, tetapi tidak ada, keterangannya telah dicabut oleh pengirim karena masih ada tahap finalisasi. Kan aneh, sudah dikirim ke media, masih difinalisasi. Langsung jadi berpikir, jangan-jangan ini Fadli Zon semata kelupaan, atau ada pesanan untuk tetap memasukan Fadli dalam kepengurusan periode mendatang.
Beberapa hal layak dicermati,
Malah ada pernyataan MKD akan mengusut dan menindaklanjuti masalah situs porno itu secara intern dewan. Cukup mencengangkan, mantan pimpinan, dan juga artis Senayan kena kasus MKD hanya urusan sepele. Sangat tidak masuk akal kalau tidak ada sesuatu yang lebih besar terlibat. Prabowo saja pernah mengaku tidak berdaya untuk membuat Fadli Zon bersuara dengan selaras pada arus yang sama partainya.
Penghargaan dari negara tidak juga membuatnya diam, masih saja ribut dan kadang lepas konteks sebagai kader dan elit partai. Jadi sangat wajar ketika Prabowo mendepaknya dari jajaran pengurus. Hal yang sama terjadi pada Arief Puyuono yang sering menyuarakan hal yang berseberangan dengan partai.
Ditarik karena masih dalam tahap finalisasi. Cukup lucu, aneh, atau bahkan mungkin naif. Mana ada pengurus dikukuhkan, sudah diedarkan kepada media, kemudian ditarik kembali. Untung ini era digital, berita tinggal delete, beri keterangan hanya hitungan detik sudah selesia. Bayangkan jika itu terjadi pada masa lalu?
Pengkukuhan sudah dilakukan, berita ditarik, berati sangat mungkin ada pengukuhan susulan. Nah ini apakah mungkin menambahkan nama Fadli Zon masuk ke sana? Atau ada yang lain? Layak ditunggu. Sangat mungkin sih disisipkan kembali, kecil kemungkinan mendepak kader sekaliber Fadli Zon.
Namun, jika benar-benar terdepak, dan Prabowo tidak mau tahu lagi dengan perilaku Fadli Zon, ke mana ia mungkin berlabuh?
Tiga kemungkinan cukup besar. Pertama, PKS, sudah seia sekata dengan pola pikir PKS. Sesama oposan paling oposan. Lha Prabowo dalam pemerintahan saja ia masih oposan. PKS memang jelas ada di luar dan oposan. Klop dengan perilakunya.
Kedua, Gelora. Ini duet maut antara Fadli dan Fahri Hamzah. Nah mereka bisa kemudian menjadi tandem untuk menaikan elektabilitas dan ketenaran Gelora untuk bisa berbicara banyak. Kesamaan ide, gagasan, dan sikap ada pada kedua belah pihak.
Ketiga Berkarya. Ini sih hanya dasarnya rumor, bagaimana ada dugaan kedekatan dengan Cendana. Tentu saja Partai Berkarya versi Tommy, bukan yang digawangi Muchdi. Jika benar ke sana, kata netizen selama ini mendapatkan afirmasi, ada kedekatan tersendiri dengan Cendana.
Nah lebih menarik lagi, jika rilis yang dicabut pada Sabtu, 6 Februari kemarin tanpa nama Fadli Zon kemudian ada, siapa di balik itu semua? Tentu ini lebih besar dari Prabowo kalau demikian.
Ingat, berkali ulang, saya menulis Prabowo seolah tidak berdaya menghadapi Fadli Zon ini, nyata-nyata di dalam pemerintahan saja, Fadli masih suka berteriak sumbang. Prabowo juga diam. Nah, kini, ketika Prabowo sudah mendepak kog kemudian merekrut lagi, siapa yang memaksa Prabowo untuk ikut.
Luhut sering mendapatkan perhatian media karena kedekatan dengan Prabowo. Sejak menjelang pilpres sering terlihat ada pertemuan di antara keduanya. Pujian dari kedua belah pihak sering juga terlontar. Konon, Luhutlah sponsor bagi Prabowo untuk bisa kembali ke Indonesia.
Tetapi, apa kepentingan Luhut dengan menyelipkan Fadli Zon ke dalam kabinet Prabowo. Tidak ada korelasinya.
Cendana. Ini jauh lebih mungkin. Tetapi toh mereka punya partai sendiri. Tentu saja dengan memainkan banyak kaki di partai lain, mereka lebih tahu pergerakan rival mau ke mana. Menanamkan orang yang sangat mungkin terjadi. jauh lebih realistis dan mendapatkan dasar yang lebih masuk akal.
Kalau meminjam istilah AHY, ya Jokowi. Kepentingannya untuk menjadi penyuara sumbang. Jangan salah, kadang suara berbeda itu bisa menjadi pelecut. Kalau yang ini sih kejauhan, lebih realistis, jika Jokowi yang berkehendak, jelas sebelum pengukuhan nama Fadli Zon sudah diselipkan.
Layak ditunggu, bagaimana keberadaan Fadli Zon, di pengurus Gerindra dan juga MKD. Seru kelihatannya, terutama media sosial yang gemas bahkan geram dengan ulah Fadli selama ini.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan