Gaya Hidup ala Sri Mulyani

Gaya Hidup ala Sri Mulyani

Orang yang paling malu dan jengkel hari-hari ini jelas Menkeu Sri Mulyani. Ketika rengekan ABG membuat remaja lain terkapar koma, mempertontonkan bagaimana gaya hidup jajaran di bawahnya yang demikian mewah. Lanjutan dari itu, viral video Dirjend Pajak bermoge ria dengan kelompoknya yang berada dalam wadah pegawai pajak.

Kekayaan orang pajak yang mblegedhu sebenarnya bukan barang baru. Ada Gayus yang menghebohkan beberapa waktu lalu. Pun setelah itu ada juga beberapa. Artinya tidak ada perubahan sama sekali.

Beberapa waktu lampu Sri Mulyani mengatakan, silakan pamer harta, pamer gaya hidup, besar-besaran isi ATM dan saldo tabungan orang-orang kaya baru. Kelompok yang menyukai istilah crazy rich, yang biasa bagi-bagi uang, pamer tunggangan, pakaian, dan tongkrongan, bahkan ada yang memperlihatkan jet pribadinya.

Sikap orang-orang itu memudahkan jajaran pajak untuk datang dan menghitung pungutan yang bisa untuk membantu negara melalui pajak. Negara sedang giat-giatnya membangun, anak negeri pamer bahwa ia kaya, tidak ada yang salah jika Kemenkeu terutama Menkeu Sri Mulyani sigap membaca fenomena ini. potensi pajak tinggi bisa membantu negara.

Kini, Menteri Keuangan yang sangat piawai ini gedeg dengan gaya hidup jajarannya. Bagaimana anak-anak pegawainya pamer mobil mewah, eh dalam LHKPN tidak tercantum benda-benda itu. bagaimana tidak malu. Jika itu sah kepemilikannya, misalnya warisan atau bisnis anaknya, kan santai saja hadapi dan laporkan.

Kekayaan yang melebihi atasannya langsung, menteri, bahkan presiden yang berangkat dari pengusaha, sedang ia adalah pegawai biasa, logikanya dari mana coba? Pantas saja usai dicopot ia mundur terlebih dahulu dari ASN.

Toh rekening gendut polisi, papa minta saham, penanganan Gayus dulu itu bukan sebuah barang baru. Gaya hidup pejabat dan pegawai Indonesia jauh dari kewajaran. LHKPN sebatas anjuran. Orang tidak malu malah bangga dengan barang bermerek, hape gonta ganti premium, pakaian keluaran butik luar negeri, mobil mewah, wisata kelas atas dan luar negeri seolah biasa saja. Padahal pegawai.

Tahu diri dan tahu batas itu memang tidak mudah. Pendidikan kita tidak mengajarkan sampai sana. Malah berlomba-lomba nilai bagus entah caranya. Menyontek, mencari bocoran, membeli karya orang dalam level skripsi dan jenjang ke atas, itu jelas memberikan dampak pada semata gaya hidup.

Dulu juga sempat ngetrend beli gelar, memiliki gelar berderet, padahal kapan kuliahnya? Fenomena yang membelit negeri ini.

Ritual di atas pengamalan. Beragama di sini lebih menitikberatkan   pada lafal, kata-kata, pakaian, asesoris, dan tampilan. Maling, berbuat jahat, kecurangan, egios tidak peduli. Mendua, munafik, standart ganda, dan seolah biasa saja.

Gaya hidup yang dibangun dengan cara buruk saja tidak malu. Di bui masih bisa membeli hukuman, mana ada jeranya. Saatnya pengesahan RUU Penyitaan Aset Tindak Pidana.

Penolakan karena si pembuat UU selain pemerintah takut malingannya ketarik. Miris.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply