Gisel Korban UU Pornografi, Salah Satu Inisiatornya juga Terjerat, Rizieq Shihab
Dalam waktu berdekatan, ada dua nama menjadi korban jeratan UU Pornografi, Gisel dan Rizieq Shihab. Mirisnya, Rizieq adalah salah satu yang paling getol memaksakan pengesahan RUU APP menjadi UU Pornografi. Kini UU itu menyeretnya ke depan penegak hukum.
Sempat membaca sebuah komentar lumayan panjang dalam media sosial. Si komentator ini menuliskan mengenai upaya almarhum Gur Dur yang bersama keluarganya berdemonstrasi menentang pengesahan RUU APP menjadi UU. Tepat 11 tahun wafat beliau, salah satu inisiator alias provokator aksi berseberangan dengan kelompok Gus Dur terkena dampak atas peraturan yang ia paksakan untuk jadi.
Ormas yang ia jadikan kendaraan tumbang dan dilarang pemerintah untuk bisa eksis. Salah satu kasus yang menjerat pemimpin besarnya, Rizieq Shihab adalah dugaan percapakan mesum dengan seorang perempuan. Kasus ini pula yang membawanya pergi ke Arab Saudi lebih dari tiga tahun. Mengapa kasus ini yang membuatnya lari?
Masalah hukum bagi Rizieq adalah sebuah prestasi, kebanggaan, dan menaikan pamor, bahwa ia adalah pejuang yang tidak takut bui. Malah bisa menyamakan diri dengan Mandela, Horta, Bung Karno, Bung Hatta, Gandi, dan pejuang-pejuang negara besar lainnya. Masalah kriminal atau pelanggar hukum tinggal putar sedikit dan jadilah “pahlawan” bagi pengikutnya.
Lihat saja bagaimana perilaku para pengikutnya selama ini, bahkan hingga hari ini pembelaan atas diri Rizieq demikian kuat. Persoalan yang membelit mau kata-kata kotor, kekerasan, penistaan agama dan negara, bagi mereka tidak ada. Susah juga ketika sekelas Rocky Gerung, Fadli Zon, atau Hidayat Nur Wahid ikut-ikutan mendistorsikan kebenaran demi kepentingan mereka sendiri.
Berbeda, ketika soal mesum, cabul, dan tata susila yang dilanggar, mau itu rekayasa, mau beneran, susah untuk dihapus dan dibalikan menjadi politik korban. Penghinaan Pancasila adalah buah keberanian, mau dibui sebulan atau sepuluh tahun memperbesar namanya. Berbeda ketika percakapan mesum itu menjadi konsumsi publik, mau benar atau salah, tetap saja cabul melekat.