Kebo Ijo dan Politik Demokrat

Susyharyawan.com – Kebo Ijo itu korban dari permainan tingkat tinggi dari Arok.  Sifat suka pamer dari Kebo Ijo dimanfaatkan dengan sangat baik dan cermat dari atasannya itu. Ia kalah cerdik karena memang kapasitas dan juga pengalaman.

Keris Mpu Gandring yang diambil dengan paksa oleh Arok dipinjamkan pada anak buahnya itu. Arok  tahu dan paham, bahwa akan dipamer-pamerkan sebagai miliknya. Publik akan menyimpulkan bahwa pemilik keris jelas si Kebo Ijo, bukan yang lain.   Perangkap kelas tinggi sudah dimainkan.

Idenya adalah, siapapun yang menggunakan keris itu publik pasti akan menuding dan menyimpulkan bahwa itu pasti Kebo Ijo.  Sempurna.

Hal yang sangat cermat oleh Arok ini dilakoni dengan sangat baik oleh Kebo Ijo. Pembunuhan Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring sukses memenjarakan dan mengantar Kebo Ijo pada kematiannya. Hukuman mati jelas. Apakah benar Kebo Ijo pelakunya? Siapa yang mendapatkan keuntungan dari itu?

Kisah 65 sejatinya sangat-sangat mirip. Yang getol mau mengambil alih kekuasaan adalah PKI. Ide meminta Angkatan kelima, yaitu buruh dan tani dipersenjatai, kekuatan politik mereka yang makin menguat, agitas-agitasi yang demikian massif, sangat jelas, bahwa kalua ada perebutan kekuasaan bisa disimpulkan itu  PKI.

Sama dengan Kebo Ijo.  Semua akan menuding PKI. Apakah PKI untung dengan kejadian itu? Tidak bukan?

Demokrat semasa berjaya  banyak membuat Yayasan. Orang-orang yang biasa enak ini, kini banyak berulah menciptakan kekisruhan demi instabilitas politik dan negara. Tujuannya jelas mendelegitimasi pemerintahan Jokowi.

Apapun demonya, ujungnya ganti Jokowi. Mau demo RUU Ciptaker, RUU KUHP, bahkan yang terbaru mengenai toa toh Jokowi juga ujungnya. Siapa yang akan untung dengan keadaan ini?

Publik akan menuding HTI dan kawan-kawan. Namun ada yang sedang menunggu di pojokan untuk mengambil untung. Siapa itu? AHY-Demokrat.

Sayang bahwa, permainan ini terlalu kasar dilakukan AHY dan kawan-kawan. Mereka selalu saja  terlihat mengakui kalua mereka telibat dan satu barisan. Jelas bukan bahwa rancangan mereka diperankan dengan amat buruk.

Mengapa demikian? Ya tidak ada scenario yang sempurna. Plus para aktornya tidak sabar untuk menahan diri    untuk ikut tampil dan terlibat serta terlihat.

Media sosial dan perkembangan teknologi mengubah keadaan. Lihat bagaimana medsos, viral, dan eksistensi diri menjadikan keadaan tidak lagi semulus yang sudah-sudah.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan