Kepuasan Publik atas Kinerja Jokowi 80% dan Koalisi Perubahan

Kepuasan Publik atas Kinerja Jokowi 80% dan Koalisi Perubahan

Menarik, akhir-akhir ini kepuasan publik pada presiden, pemerintah, baca khususnya Jokowi sangat tinggi. Angka 80% padaha di tengah gempuran Demokrat yang mengatakan negara tidak baik-baik saja, hutang makin gede. Atau pernyataan JK yang mengatakan Jokowi terlalu banyak ikut campur mengenai penggantinya, capaian ini luar biasa.

Apa yang dilakukan oposan ternyata tidak didengar oleh masyarakat. Mereka berteriak-teriak jual es di tengah hujan yang dingin. Keadaan negara baik-baik saja, hanya oposan yang engga kerja keras saja yang berisik. Padahal jika mau sedikit kerja keras banyak bahan kritikan. Soal intoleransi, mengenai korupsi, masalah keadilan sosial, masalahnya adalah, mereka juga berkutat pada soal itu.

Ironis ketika mau membolak-balikkan fakta, padahal di tengah arus informasi yang begitu deras. Malah kelihataan maaf seperti AHY, JK, atau Koalisi     Perubahan yang seolah kudet. Mereka tentu paham dengan sangat kondisi tidak demikian. Hanya saja mereka maunya menghantam sasaran besar sehingga dapat durian runtuh.

Kesalahan fatal. Mbok lebih baik bekerja, buktikan punya prestasi, bukan sensasi dan membuang sampah di rumah tetangga agar diakui rumahnya paling bersih. Konsep katrok dan kuno berpolitik demikian. era Jokowi, Ahok, Risma, Anas bukan Anies lho ya, adalah politik prestasi. Era baru berpolitik berkelas atas negeri ini.

Elit, sebagaimana disebut di    atas ternyata tidak siap menghadapi perubahan. Mereka memang terbiasa berpolitik malak, bandit-bandit demokrasi,, yang tidak siap dengan perubahan. Lihat saja aapa yang elit lakukan hanya banyak omong nol prestasi. Merecoki pemerintah semata, tanpa berbuat apa-apa. Proyeknya ikut  tapi mengatakan hal-hal yang buruk. Munafik.

Perubahan yang diusung Koalisi Perubahan itu terbantahkan dengan hasil survey kepuasan publik. Artinya masyarakat menghendaki kelanjutan program dan pembangunan nasional. Pihak yang mau mengubah, apalagi track recordnya sudah memorakporandakan  Jakarta jelas-jelas dengan sendirinya bubar jalan.

Hal ini nampak dengan gamblang bagaimana 10 dari lembaga survei tidak satupun hasilnya yang diusung Nasdem ini memenangkan kontestasi 24. Antitesis Jokowi menjadi blunder atas kinerja buruk di DKI. Apapun yang dilakukan, dilengkapi dengan narasi ngaco AHY dan Demokrat malah semakin membuat keadaan lebih buruk.

Jargon, tagline yang mereka pilih malah makin susah untuk bergerak. Berbeda dengan tahun 98, ketika publik muak dengan Soeharto dan anak-anaknya. Mau berubah jelas, bukan malah mempertahankan. Nasdem salah lahir, telat sadar, bahwa kondisi berbeda dengan waktu lampau.

Grusa-grusu yang membuat kondisi makin parah. Eh Demokrat juga ikut-ikutan. Jelas gamblang apa yang menjadi misi mereka, sehingga publik yang makin cerdas itu hanya ngakak, melihat ketololan yang dipertontonkan orang-orang yang mengaku elit itu. Merasa mampu menjadi   presiden tapi tidak bisa merasa tahu diri. Merasa mampu tanpa bukti.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan