Kreak dan Narasi Kecemasan yang Diciptakan

Kreak dan Narasi Kecemasan yang Diciptakan

Beberapa hari terakhir di berbagai grup di salah satu wilayah di Jawa Tengah sedang riuh rendah dengan postingan “kreak.”  Hanya dalam hitungan hari, di kecamatan yang bertetangga ada dua kejadian penangkapan para remaja yang mau mengeroyok remaja lain, dan rombongan pemuda tanggung dengan menggunakan senjata tajam.

Kedua kejadian itu berakhir dengan diringkusnya para pelaku yang mengarah pada aksi kriminal. Masyarakat sudah mulai bersikap dengan serius, mengejar mereka dan meringkusnya serta melaporkan kepada apparat yang berwenang. Mengenai ujungnya ke mana dan seperti apa, apakah menjadi sapi perahan atau ATM bagi oknum atau dipidana dan dibui yang bisa jadi akan menjadikan mereka belajar lebih ngawur lain, masih perlu waktu.

Namun, dari postingan dan respon, ada dua hal yang senada, bapak atau kaum laki-laki hanya berpesan, agar menjaga anak laki-lakinya tidak ikut-ikutan model ini. Hal yang tidak mudah, karena komunikasi mereka ini sudah canggih, kadang bapaknya tidak lagi tahu apalagi paham apa yang anak-anaknya lakukan.

Bisa jadi anak-anak ini alim dan relijius di rumah. Siapa yang tahu ketika mereka di luar atau di media social. Nasihat bijak, namun susah untuk bisa diikuti dan dilakukan.

Kedua, sisi ibu-ibu, pesannya, agar anaknya tidak lewat jalan atau kawasan itu. Tempat di mana para “berandal” cilik ini diburu dan diserbu massa. Wajar ada pikiran dan kecemasan demikian.

Teringat menjelang pilkada langsung kemarin, kawasan Jawa Tengah dan beberapa daerah yang tidak dikenal sebagai daerah rawan tiba-tiba banyak laporan ada anak-anak nanggung yang membawa-bawa sajam, polisi juga merilis daftar nama kelompok remaja penyuka tawuran ini. Kog aneh, tiba-tiba ada, menghilang tanpa ada apa-apa. Kemudian tiba-tiba mencuat lagi.

Apa yang terjadi, kog cenderung settingan untuk menciptakan kondisi yang tidak kondusif. Terlihat apa yang ada, kejadian-kejadian ini memang mau menciptakan kecemasan. Sukses jika demikian. Terlihat bagaimana komentar atas postingan dari dua sisi, laki-laki dan perempuan.

Nasihat dan pesan untuk ini dan itu, hal yang terlihat bahwa ada kecemasan dan kekhawatiran. Keadaan yang memang “ada” yang merencanakan hal itu sebagai sebuah upaya untuk menciptakan keresahan.

Masyarakat yang berani melawan tindak ugal-ugalan ini layak diapresiasi, bahwa teror, tindak menakut-nakuti tidak sepenuhnya terjadi. Perlawanan yang masih dalam koridor, tanpa main hakim sendiri, dan diserahkan kepada apparat yang berwenang.

Prinsipnya, jangan takut, tetap tenang, dan waspada tanpa cemas. Jika itu adalah settingan, apa model demikian layak sebagai pemimpin?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan