Manipulatifnya Politikus Kita
Paus waktu itu, melarang buku Machiavelli ini, karena jelas bertentangan dengan ajaran moral. Ingat, konteks ini adalah Roma dan Vatikan. Toh hingga hari ini model demikian masih demikian lekat dijadikan satu-satunya cara oleh politikus yang ambisius namun minim kemampuan dan prestasi.
Politik uang, politik identitas, menyerang pribadi bukan program, menjegal di tengah jalan, padahal mengaku demokratis, itu jelas Machiavelin tulen. Mirisnya adalah mereka ini mengaku beragama taat, hilir mudik ke tanah suci. Slogan agamis dikenakan, namun sama juga boong, ketika menghalalkan segala cara.
Beberapa pihak yang hari-hari ini memperlihatkan fasisme adalah;
Jusuf Kalla
Wapres dua kali yang ngebet menjadi presiden ini baru saja mengatakan tidak ada masjid berkaitan dengan radikalisme. Namun ada pernyataan sebaliknya. Bupati Sidoarjo mengaku bahwa ada salah satu tempat ibadah di tempatnya (Sidoarjo) menjadi tempat menyimpan senjata.
Jusu Kalla tentu tahu dengan baik apa yang terjadi di dalam masjid, namun ia yang menggunakan kepengurusannya di Dewan Masjid tentu harus mengaku baik-baik saja. Lihat, agamawan, tokoh, elit pula saja masih fasis ternyata.
Partai Ummat
Partai baru besutan Amien Rais ini mengalami hal yang sangat buruk. Salah satu kadernya ditangkap densus 88 karena kemungkinan terlibat dalam kelompok teroris. Salah satu elit partai mengaku, bahwa reputasi densus yang tidak benar.
Lihat, bagaimana mereka memutarbalikkan fakta yang ada. Siapa yang tidak kenal reputasi densus 88 dan juga afiliasi elit partai ini. Sangat mudah membedakannya.
Anies Baswedan
Gubernur Jakarta ini mengatakan sudah tidak bisa membantu menutupi kejadian dan akibat omicron. Padahal penanganan pandemi Jakarta semua orang juga tahu seperti apa. Maunya menimpakan kesalahan pada pemerintah pusat. Namun lupa, bahwa ia tidak ngapa-ngapain sama sekali.
Demi panggung 24 ia rela menyalahkan pihak lain, dirinya tidak berbuat apa-apa. Padahal dia ini paling getol jika bicara agama. Apa iya agama mengajarkan munafik, culas, dan memfitnah? Jelas tidak bukan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan