Mumtaz Rais Digugat Cerai karena Tidak Mau Renang Kapuk-Labuan Bajo

Berita cukup mengagetkan terdengar dari keluarga tokoh politik nasional Amien Rais dan Zulkifli Hasan. Keluarga anak-anak mereka di ambang perpisahan. Mumtaz Rais dituntut cerai istrinya. Hal yang sebenarnya lumrah, kecuali berkaitan dengan peta politik.

Bagaimana pilihan politik dan partai politik di antara kedua keluarga besar itu beraroma persaingan yang cukup sengit. Awalnya partai PAN besutan Amien Rais, namun dalam sebuah munas, Zulkifli Hasan, padahal sekaligus besan secara kekeluargaan.

Kisah ini berkepanjangan ketika Mumtaz memilih tetap bersama sang mertua, dengan berada di PAN, pada sisi lain Amien Rais mendirikan partai Ummat. Mumtaz bereaksi dengan sangat kasar cenderug sarkas. Ia menyatakan akan berenang dari Jakarta Labuan Bajo pulang pergi, jika partai bapaknya eksis.

Menantu mantan ketua MPR ini juga merendahkan kader PAN tidak akan  menyeberang ke partai Ummat karena mereka bekerja. Pengurus dan kader partai bapaknya pengagguran. Sikap yang sangat kasar sebenarnya. Sangat mungkin terjadi karena relasi kaitan dengan sang istri dan hubungan mertua.

Hal ini yang sangat krusial, bagaimana ketika relasinya dengan istrinya, anak pimpinan partai yang menaunginya sudah berantakan. Apakah masih akan baik-baik saja, atau sampai berantakan?

Manarik karena bisa jadi Mumtaz akan berakhir di partai PAN dan menjadi pendukung partai Ummat. Bagaimana pernyataannya yang menghina, merendahkan, dan mengutuk denga kata-kata yang berlebihan.

Susah melihat jika masih akan bertahan bersama PAN ketika relasi kekeluaargaan tidak baik-baik saja. Bagaimanapun hal demikian masih cukup kuat di negeri ini. Profesionalitas masih   terlalu jauh termasuk dalam bidang politik.

Miris, ketika tokoh muda, memiliki reputasi keluarga yang sangat mentereng, tiba-tiba rontok di tengah jalan, bisa juga karir politiknya. Apa yang dinyatakan kepada paratai Amien Rais akan dia alami juga. pengangguran dan mencari pekerjaan. Jika terjadi sangat memilukan.

Karir politiknya bisa jadi sama dengan keberadaan kisah hidup berkeluarganya. Tidak lama dan berakhir dengan buruk. Jika demikian, sangat memilukan.

Jelas bukan karena kutukan Gus Dur juga. Ini masalah relasi berkeluarga yang sangat mungkin berimbas pada politik.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan