Nasdem Belajarlah pada Perindo, TGB Pecundangi Anies Baswedan

Usai deklarasi bakal capresnya, Nasdem didera dengan pengunduran diri kadernya. Pun pengamat dan praktisi politik memprediksikan kondisi partai ini melempem. Ada yang mengatakan tidak lolos PT. Berbeda dengan Perindo yang kemarin tidak lolos PT, kemungkinan besar akan masuk ke Senayan.

Tentu semua adalah prediksi dan amatan yang bisa salah dan bisa benar. Tetapi,  apa yang dikatakan oleh pengamat tentu bukan asal bicara. Indikator dan juga kalkulasi matang dari berbagai segi menjadi dasr pernyataan itu. Tidak asal bicara.

Menarik jika benar demikian, Perindo jauh lebih muda. Dikelola oleh pengusaha, bukan politikus kawakan. Lain dengan Nasdem, selain pengusaha, toh dikenal sebagai politikus yang lebih mengemuka. Elit Golkar bertahun-tahun. Tentu saja ada penasihat politik dari kedua kubu.

Mosok politikus gaek, kawakan, malang melintang di mana-mana, punya partai lagi, nalurinya kalah telak dari pengusaha. Politik itu soal ketepatan dalam mengambil peluang. Sedikit lengah bubar. Ini jelas terlihat dari perilaku dua partai dan juga ketua umum mereka dalam mengambil kesempatan yang ada.

TGB versus Anies Baswedan

TGB sangat kuat. Cukup santer akan maju menjadi bakal calon wakil presiden di periode kemarin. Kepentingan politik saja yang membuatnya tereliminasi. Keberadaan dan jaringannya jelas lebih kuat dari apa yang Anies Baswedan miliki.

Prestasi di kala menjabat gubernur juga lebih mentereng.  Hanya saja ia memang ada di daerah bukan Jakarta, sehingga kurang terekspose. Toh namanya menasional, padahal tidak nampang sebagaimana yang memimpin Jakarta.

Efek bagi Perindo ternyata sangat besar. Makanya ada pengamat yang berani mengatakan       akan lolos PT, jelas karena kinerja moncer dari pengurus partai untuk bebenah.

Anies Baswedan tidak cukup menarik bagi partai-partai lain, makanya alot, deklarasi 10 November pun sangat mungkin gagal total. Mereka, partai dan juga politikus masih menunggu dengan was-was bagaimana kelanjutan pertanggungjawabannya ketika memimpin Jakarta. Pembelaan dengan makan malam dan gagal interpelasi, kini sangat mungkin dicokok KPK, Bareskrim, atau Kejaksaan Agung.

Posisi yang membuat partai-partai yang di Jakarta mandah saja, toh sekarang diam-diam saja. Lihat P3, PAN, atau PKS sekalipun belum bulat benar menjadi pengusung. Memang masih rawan.

Surya Paloh memang sudah terlalu tua, feeling politiknya tidak lagi semoncer dulu. Belum tentu kepentingan di balik itu. kebersamaan dengan pihak lain, jadi ya sudahlah. Layak ditunggu ke mana arah angin politik akan melaju.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply