Novel Baswedan dkk, Belajarlah Ikhlas Seperti Iwan Ismail, Mana Komnas HAM
Bertepatan dengan berakhirnya masa kerja NB dkk, eh ada surat terbuka dari salah satu pegawai tidak tetap KPK. Isinya, jelas ini sepihak, toh jika dilihat apa yang terjadi, bisa jadi benar demikian. Siapa-siapa di balik kisah itu ya orang-orang yang ada dalam kelompok yang kemarin melepaskan kartu identitas mereka.
Drama panjang itu belum berakhir, seusai mereka meletakkan kartu identitas pegawai itu. Masih ada tawaran masuk ke Bareskrim, toh masih juga ada narasi lainnya, ujungnya pokoknya kudu di KPK. Makanya lolos ujian jadi tidak usah ngedrama. Itu urain lain.
Layak dicermati itu mengenai surat terbuka Iwan Ismail. Baagaimana sikap ikhlas itu menjadi pembeda. Beberapa hal yang layak dicermati lebih dalam,
Berbeda dengan yang 57 itu, posisi mereka sangat kuat, bisa menjual narasi, dan sangat opolitis. Lihat saja bagaimana Komnas HAM, Ombudsman, PGI, dan berbagai pihak membela bak babi buta. Mana terdengar suara Iwan Ismail, sekarang pun tidak membawa dampak.
Ikhlas itu ilmu tertinggi, dan Iwan mampu melakukan itu, lepas karena tidak punya daya, link, dan apapun itu. Karena NB dkk jelas berbeda. Anehnya adalah, mengapa mereka ini ngotot banget, sehingga sampai membela diri saja tidak konsisten. Yang penting tetap di KPK.
Saatnya bebenah, bersih-bersih KPK, sehingga benar-benar menjadi lembaga yang kredibel untuk membasmi maling. Selama ini cenderung maling membasmi maling, akhirnya ya tidak selesai-selesai, atau malah ATM bagi pihak ideologis?
30S/KPK benar-benar membuktikan Kesaktian Pancasila, mereka terusir yang tidak membela Pancasila. Patut diapresiasi, kegaduhan semoga mereda.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan