Pak Prabowo Belajarlah Berani dari Anak Muda Ini!
Pak Prabowo banyak dilabeli dengan macan ompong. Semua ini berangkat dari masa kampanye lalu, yang mengatakan, kambing dipimpin macan akan mengaum dan macan terpimpin oleh kambing hanya akan mengembik. Perumpamaan untuk merendahkan rivalnya dalam pilpres.
Eh, kini, ketika ia menjadi anak buah “kambing”, ia hanya diam seribu bahasa. Mengembik pun enggak. Masih mayan kambingnya dong, eh…. Malah kalah dengan Menteri Agama, Gus Yaqut, ia jauh lebih muda, tidak pernah teriak-teriak sebagai macan atau singa sekalipun.
Tetapi, berani mengatakan apa yang memang sudah seharusnya dinyatakan. Beberapa hal layak dijadikan permenungan,
Dua, Katolik jangan takut, ketika Katedral Makasar diledakan. Padahal peledakan bukan pertama bagi Gereja Katolik, toh pernyataan setegas itu belum pernah ada. Ia juga datang, bukan semata omong, tetapi juga melakukan.
Tiga, gagasan untuk internal, ketika kegiatan Kemenag, ada doa seluruh agama di Indonesia. Langsung riuh rendah. Menag tidak mundur dan tetap pada gagasannya yang memang benar.
Empat, mengenai TOA untuk bangunkan makan sahur. Peraturan tinggal peraturan, ia mengatakan fungsinya hanya dua, tidak lebih. Berpikir soal toleransi, dan menjaga ketenangan.
Lima, lain dengan apa yang ditampilkan Prabowo dengan berbagai-bagai masalah yang ada. Mulai dari KKB yang ugal-ugalan. Menembak sipil, guru hingga Kabinda yang berpangkat jenderal. Ia diam seribu bahasa.
Mengapa jauh berbeda, dari poin satu hingga empat dan yang kelima?
Pak Prabowo orang politik yang tidak berani mengambil risiko. Berbeda dengan Gus Yaqut, yang memang macan. Berani mengaum karena landasannya jelas konstitusi dan kebenaran.
Kebenaran itu bukan kebetulan, bukan pula pembenaran. Pemain politik itu hanya bermain pembenaran dan kadang mendapatkan kebetulan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan