Tabiat Jepang, Kelebihan Pesan Makanan Minta Maaf

Kemarin, dalam acara pembukaan pesta olimpiade Jepang, ada 4000 kotak makanan yang tidak bisa termakan, menjadi makanan ternak dan pupuk. Panitia langsung meminta maaf karena keadaan yang tidak sepenuhnya kesalahan mereka. Keadaan terutama bisa menjadi “pembenar”, toh tidak demikian.

Makanan itu disediakan untuk relawan yang bertugas dalam upacara pembukaan. Ternyata, karena kesibukan dan cenderung orang capek enggan makan, akhirnya ada makanan yang harus telantar sekian banyak.

Efek manfaat jelas ada, untuk pakan ternak dan pupuk. Sekelas Jepang tidak akan menyia-nyiakan seperti itu. Toh, masih memohon maaf dan akan memperbaiki kinerja mereka.

Kelebihan Bayar ala DKI

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi DKI berkali ulang menyatakan adanya kelebihan bayar. Sama-sama berlebih, ini tidak ada permintaan maaf, apalagi mengatakan mau memperbaiki kinerjanya. Padahal peristiwa demikian bukan hanya sekali, namun berkali ulang.

Jepang

Boro-boro mengatakan mau memperbaiki tata kelolanya, yang ada adalah mencari dalih dan rasionalisasi. Aneh dan naif sebenarnya kala mengklaim agamis, religius sebagai basis politik, dan dikit-dikit kutipan ayat dan surga neraka.

Menggambarkan sikap bertanggung jawab yang lemah. Salah satu ciri orang beriman itu bertanggung jawab. Mengakui kesalahan dan kemudian memperbaiki menjadi lebih baik, jelas ciri iman yang mendalam.

Sikap kekanak-kanakan, akan mencari dalih dan pembenaran, seolah-olah itu adalah benar. Padahal secara etik dan mendasar keliru. Hanya karena permainan kata, permainan bersilat lidah yang piawai dan mengelabui publik yang lebih kuat.

Mengaku religius, aktivitas keagamaan adalah nomor wahid, namun malah melupakan Sang Maha Melihat. Mungkin bisa mengelabui hukum negara, karena ada pakar hukum yang membantu. Atau melindungi dari hukum sosial karena memiliki banyak teman. Tetapi, apakah mampu mengibuli Tuhan?

Jepang tidak pernah terdengar ribut mengenai agama. Penistaan agama, adanya demo karena agama, atau ribut soal ibadah dan sebagainya. Namun ternyata mereka lebih sportif, lebih adil dalam bersikap, penghargaan pada manusia, makanan, dan perjuangan orang lebih terasa. 

Bung Karno mengatakan, satunya kata dan perbuatan itulah hakikat manusia. Nah, kala elit negeri ini terlalu saleh hanya di mulut, namun perilakunya jauh dari itu, apa nama?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply