PDI-Perjuangan Menabur Angin, Kini Menuai Badai
PDI-Perjuangan Menabur Angin, Kini Menuai Badai
Pilpres makin dekat, Megawati pernah mengatakan, atau tepatnya melarang kadernya untuk berhenti melakukan serangan pada Jokowi dan keluarganya. Tetapi toh instruksi itu tidak berjalan dengan baik. Mulai dari MK, periode tiga dan perpanjangan masa jabatan, isu Iriana dengan berbagai ragam soalnya, kini desas-desus isu perselingkuhan salah satu anak Jokowi.
Siapa yang mengipasi itu tentu saja kedua rivalnya yang akan mendapatkan reruntuhan suara dari yang bersimpati dari posisi pecinta Jokowi yang memperoleh serangan yang demikian hebat. Antipasti pada banteng, Megawati, dan akhirnya Ganjar yang terhajar. Miris sebenarnya.
Mau menggunakan antithesis Jokowi jelas itu adalah tagline dari rival mereka juga. Malah menjadi aneh, suka atau tidak, irisan pemilih Ganjar-PDI-Perjuangan pasti juga pemilih Jokowi dengan naungannya partai banteng moncong putih, nasionalis. Namun malah mereka serang sendiri. Kedua kompetitor diam saja, mereka akan memperoleh limpasan suara pemilih, lumayan, tanpa kerja memperoleh suara.
Padahal suara nasionalis malah bisa menjadi bahan rebutan kedua calon. PDI-Perjuangan sejatinya bisa menjual kedua calon mereka dengan mudah. Gagasan dan perilaku kedua kandidat mereka itu luar biasa. Pengalaman Panjang di dalam karya mereka keren kog. Ngapain harus nyerang Jokowi dan Gibran, malah rugi.
Stop main bodoh demikian. Mainkan narasi prestasi yang bagi kedua pasang calon lain itu kedodoran. Mana ada capaian Gibran, Prabowo, Anies, dan Muhaimin. Sama sekali tidak seimbang. Mahfud sang pejuang pembersihan korupsi yang baik. Belum lagi Ketika menjadi Ketua MK. Ini capaian yang tidak kecil, baik untuk bisa menjadi jaminan bagi pemilih
Ganjar pun demikian, ia sukses membuat DP Nol % terjadi, bukan sekadar jargon. Inflasi di Jawa Tengah yang terkendali sehingga investor banyak memindahkan usahanya di Provinsi Jateng, karena upah menjadi relative terjangkau, kebutuhan dasar buruh juga sebanding. Prestasi yang sangat menohon, malah main narasi bodoh.
Sekolah gratis terutama jenjang SMK ini capaian luar biasa, malah tidak pernah dijadikan bahan kampanye bagus. Pun menghilangkan pungutan di SMK-SMA di Jateng, wisata yang cenderung korup pun bisa ia lakukan. Hal besar, baik, dan penting seperti ini jauh lebih bagus, dari pada mengajar Girban dan Jokowi.
Waktu tinggal sedikit, perlu kerja cerdas sekaligus keras, bukan malah main politik cengeng, yang bukan banteng banget. Ahlinya itu Demokrat. Malah jadi aneh, lucu, dan juga memperlemah calon sendiri, hal ini harus segera Megawati dan TKN menyadari untuk segera tidak malah ikut angin pihak lawan. Rugi.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan