Pegawai Tak Lolos TWK Pimpin OTT Bupati Nganjuk, Autololos Begitu?

Tapi pagi ada berita OTT Bupati Nganjuk. Tidak mengagetkan. Eh, sore usai banyak kegiatan, buka media, malah makin riuh rendah, di mana menjadi pusat narasi, bahwa yang pimpin OTT termasuk yang tidak lolos TWK.

Apanya yang aneh? Atau malah ada kesengajaaan demikian, jadi bisa ada narasi, bahwa TWK tidak relevan untuk menilai kinerja pemberantas korupsi. Padahal ini sangat tidak berkaitan dengan kinerja, karena soal ideologi berbangsa itu yang utama.

Sama juga dengan mengatakan, bangunan ini kokoh, kuat, padahal pondasinya di bangun di atas pasir, tanpa batu keras, dan beton yang menjadi penopang yang menjadi jaminan. Pondasi menjadi penting, tetapi malah diabaikan karena kepentingan yang berbeda.

Bareskrim. Ini menarik, saya justru suka dengan kolaborasi, kerja sama, polisi, KPK, dan mungkin juga kejaksaan dalam mengeroyok pelaku korupsi. Sayang, hanya sekelas bupati, mengapa kini, kelas recehan saja yang menjadi incaran KPK?

Tentu bukan soal  besar kecilnya nilai korupsi, atau besar kecilnya jabatan, wong faktanya korupsi yang lebih gede, sangat banyak. Lihat reputasi kejaksaan hari-hari ini?  Lagi-lagi ini bukan besar kecilnya angka korupsi atau kekuatan kekuasaannya.

Namun, jauh lebih penting adalah, bagaimana angka korupsi itu ditekan menjadi seminim mungkin. Ketika angka korupsi masih tinggi, yang gede-gede lewat begitu saja, namun malah mengusur yang receh kan aneh. 

OTT
KPK

Tidak lolos TWK tetapi, seolah ngotot untuk tetap di dalam KPK, ketika melihat perkembangan hari-hari ini, mulai dari berintegritas, taliban gugur karena ada nonmuslim yang tidak lolos TWK, atau pelemahan KPK karena tidak lolos TWK. Ada pula narasi, TWK adalah sengaja untuk menyingkirkan Novel Baswedan.

Pertanyaannya adalah, apakah soal itu, test itu, hanya untuk Novel Baswedan saja, dan yang lain tanpa uji itu dan lolos? Jika iya, benar, berarti ngaco. 

Tetapi, keknya tidak, malah lebih aneh, ketika mereka sendiri, kelompok  Novellah yang teriak paling kenceng, ketika hasil itu belum secara resmi diumumkan. Ada apa?  Ini jauh harus lebih menjadi perhatian.

TWK itu soal kemampuan, pemahaman, dan pengamalan soal ideologi bangsa. Memimpin OTT itu kewajiban dan tugas. Jika melihat reputasi dan rekam jejak, boleh dong curiga ini setingan, ini sebuah upaya untuk mendeskreditkan pihak lain dan menilai pihaknya sendiri paling benar dan baik. 

Tidak lolos menjadi ASN di KPK kan bukan kiamat. Malah menjadi aneh, ketika punggawa menangani korupsi, eh memaksakan kehendak untuk tetap lolos. Ini sebuah tanya, lha di mana integritasnya jika demikian?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply