M. Lutfi dan Fadjroel Rahman yang Ngaco Soal Bipang Ambawang
Presiden Jokowi tidak salah bicara bipang ambawang. Babi panggang Ambawang memang kuliner yang khas dari tempat itu. Ambawang itu komunitas, Dayak, China, Melayu, Madura, dan Jawa, ada pula Makasar. Sawit mulai masuk, sangat mungkin tambah pendatang dari suku lain.
Apa yang dinyatakan Presiden Jokowi ya tidak ada yang salah, wong produk lokal yang biasa dikangeni ketika liburan kog. Ingat, Lebaran itu tidak mesti karena Muslim, karena libur nasional, sangat mungkin semua orang tetap merayakannya. Lagi-lagi ingat, merayakan liburnya.
Eh malah Mendag, M. Lutfi dengan cepat-cepat meminta maaf. Benar, minta maaf tidak berarti salah. Tetapi menghadapi model PKS, Demokrat, dan rombongan si berat yang ngasal salawi, ya malah makin jadi.
Pun Fadjroel Rahman yang mengaitkan bipang dengan makanan ringan dari beras, berondong beras, yang manis dan gurih, ini juga sama ngaconya. Wong jelas-jelas memang makanan babi panggang kog.
Parah mana dengan ustad yang membeli celeng dan kemudian mengarang kisah babi ngepet? Sudah membual, memfitnah babi, dan mencari uang dari sana? Kog pada diam, ke mana Demokrat, PKS, atau Fadli Zon. Lebih benar ustad beli celeng dari pada promo daging babi yang memang kuliner khas.
Pembantu presiden bukannya membantu untuk lebih nasionalis, eh malah ketakutan dengan genderang orang yang memang biang rusuh. Tidak ada yang salah, biar saja ngoceh.
Mengapa mereka ribut? Karena KPK potensi menyasar Demokrat. Lihat saja mengapa mereka begitu getol menyerang pemerintah? Aneh saja ketika ada aksi ngaco malah direspon. Padahal biarkan saja kan selesai, mereka ini hanya caper.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan