Pernyataan Anies Baswedan dan Eep Syaifulloh Fatah Autogagal
Beberapa waktu lalu, Anies Baswedan dan kawan-kawan sedang bebersih mengenai aksi politik identitas mereka, di tahun 2017. Kemenangan pilkada DKI yang sering disebut paling brutal itu suka atau tidak karena memainkan agama dan ayat dan mayat sebagai jualan. Siapa sih yang percaya Ahok bisa tumbang dengan menggunakan cara beradab?
Anies Baswedan mengatakan bahwa ia akan menindak perilaku intoleran. Hal yang dibarengi dengan kucuran dana bagi gereja dan kunjungan ke gereja-gereja. Tentu bahwa publik masih ingat bagaimana pidato pelantikannya dan juga terutama kampanye mereka.
Eep yang diketahui adalah penasihat strategi politiknya juga mengemukakan hal yang senada. Bagaimana politik identitas itu sangat buruk, tidak layak dilakukan lagi. Apakah ini kesadaran? Ah jelas bukan.
Ini sih upaya yang susah diyakini akan mampu menjadikan Anies sebagai calon yang memang nasionalis. Susah, karena apa yang pernah ia jadikan senjata andalan itu selalu terekam, apalagi ini zaman digital. Jejak sekecil apapun di dunia internet, susah untuk bisa hilang. Kelihatannya ini yang tidak siap dan tidak pernah dipikirkan dulu.
Menang dulu, urusan belakangan. Kini kedodoran. Tidak akan mungkin pihak-pihak yang memang berjiwa nasionalis akan diam saja dengan perilaku fasisme seperti ini.
Belum lagi pembangunan ugal-ugalan yang malah merusak Jakarta. Ini senjata makan tuan. Berprinsip oposan yang menghancurkan pembangunan masif Jokowi-Ahok-Djarot itu faktual. Bagaimana mau diselesaikan.
Benar, bahwa ingatan publik negeri ini pendek. Sekali lagi ini soal sensitif, massa dan juga internet akan selalu kembali hadir untuk mengingatkan publik yang sempat terlena.
Eksistensi radikalis dan juga penganut ideologi ultrakanan itu masih gede dan seolah tidak bisa diselesaikan sama sekali. Karena memang masih banyak politikus yang mengharapkan dan juga menggunakannya.
Penegakan hukum juga menjadi gamang, karena di peradilan, polisi, jaksa, dan seluruh jajarannya masih banyak yang menganut dan meyakini jika ini adalah jalan beribadah. Padahal jelas-jelas itu adalah politik. Perjuangan tata negara itu jelas politik.
Membangunkan kesadaran publik jangan kecele dan terkecoh dengan narasi yang didengung-dengungkan sebagai nasionalis, mendadak toleran, kala yang ada di lingkaran mereka masih sama saja dengan pelaku kekerasan, intoleransi, menguarkan kebencian, dan narasi ideologi yang berbeda.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan