Perundungan dan Pelecehan Seksual di Kantor KPI

Menambah deretan pajang masalah aparat bangsa ini. Belum usai gonjang-ganjing pegawai KPK yang kudu menjadi ASN, dan ternyata ada yang tidak lolos uji kebangsaan, masih ngeyel pula, kini hadir berita memilukan. Pelecehan seksual sesama laki-laki.

Tak hendak mengatakan pelecehan pada perempuan benar, namun ini relatif umum dan sudah lurah terjadi. Namun ketika pada laki-laki, dilakukan sesama jenis, maaf dengan menggambari alat kelamin dengan spidol sih, bukti ketidakdewasaan. Perendahan yang sejatinya memperlihatkan sisi kejiwaan pelaku yang labil.

Saya pernah hidup dalam komunitas yang bertumbuh justru dengan perundungan. Bully  itu penyemangat, mau tumbuh atau merana. Nah, model demikian yang membuat kedewasaan jelas teruji dan bisa lepas dari bayang-bayang perundungan dan bisa berempati, namun sering menjadi bertanya, mengapa hanya diam.

Ada tiga sisi yang layak dicermati,

Pertama, ini lembaga negara, tempat para pekerja, bukan asrama atau sekolah. Biasa sih sekolah dan asrama lagi perundungan terjadi. Jika tempat kerja sih biasanya soal karir dan jegal menjegal untuk jenjang jabatan, kalau pelecehan seksual sesama jenis sangat aneh.

Lain, ketika itu asrama, sering terdengar pemukulan bahkan sampai kematian di beberapa asrama baik sipil, semi militer, apalagi militer. Tidak heran bukan soal membenarkan lho ya.

Timbul pertanyaan seberapa sibuk, atau malah terlalu santai?  Karena pekerjaan sedikit maka menciptakan hiburan sendiri dengan merundung temannya.

Pelecehan Seksual

Bagaimana test yang berkepanjangan untuk seleksi selama ini? Kog lolos model predator seksual dan cenderung preman yang berdasi demikian?

Kedua, pelaku. Ini jelas manusia-manusia kerdil yang biasa merendahkan pihak lain. Susah melihat mereka ini aparat yang berprestasi. Jika berprestasi malah patut dipertanyakan, sama dengan poin pertama, bagaimana test masuknya? Ada kecenderungan perilaku menyimpang parah berarti.

Pekerja itu manusia-manusia dewasa. Tidak saatnya memperlakukan rekan sesama pegawai seperti itu. jauh berbeda jika mereka bersaing meskipun tidak sehat, demi naik pangkat dan jabatan.

Ketiga, korban. Tentu bukan mau mengakimi korban dan membela pelaku, sikap korban yang bertahan selama hampir 10 tahun. Laporan polisi yang diminta untuk diatasi atasan, perulangan, dan juga makin menjadi.

Pertanyaannya adalah, kog hanya diam, lapor polisi dan atasan, kemudian tiba-tiba membuat laporan ke presiden.  Tak hendak menghakimi, tetapi hanya bertanya saja. Mengapa?

Perundungan itu di mana-mana akan ada dan selalu ada. Sikap  dan kesiapan menghadapi itu penting. Kita yang mampu mengelola diri, bukan mengatur lingkungan kita. Jangan izinkan perundungan itu mengintimidasi, atau menguasai kita.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply