Prabowo dan Capres Kalah atau Cawapres Menang

Prabowo dan Capres Kalah atau Cawapres Menang

Hari-hari ini berselieran di lini massa media percakapan dan sosial, mengenai pilpres 24. Siapa akan bersama siapa dengan berbagai argumennya masing-masing. Beberapa hanya ngaco, namun ada juga yang serius untuk menjadi perhatian publik.

Salah satu yang menarik adalah mengenai Prabowo yang enggan menjadi bakal calon wakil presiden. Pernyataan usai berlebaran pada Presiden Jokowi, bahwa partainya mencalonkan dirinya menjadi presiden bukan wakil. Pun ia mengaku partainya sekarang cukup besar.

Pada saat yang bersamaan membanjiri pula lini massa media percakapan dan media sosial bagaimana Prabowo pada masa lalu. Ada yang menayangkan mengenai keputusan DKP yang merekomendasikan pemecatannya. Hal ini berkaitan dengan rusuh 98 dan tim mawar.

Publik juga   ada yang mengingatkan bagaimana propaganda dan bahan kampanye Prabowo waktu pilpres 2019. Prabowo mengatakan jika Indonesia bisa bubar di tahun 2030. Kalau begitu mengapa ia ngotot mau nyapres dan berakhir tahun 2029? Mau terlibat dalam pecahnya bangsa ini?

PDI-Perjuangan, Presiden Jokowi, dan mayoritas anak bangsa ini tentu maunya menjadi negeri yang berdaulat, besar, dan bisa berjaya sama dengan negara-negara maju lainnya. China bisa mengapa Indonesia tidak?

Menang-menang, win-win solution itu jauh lebih realitis untuk keadaan lebih baik. Jika bersikukuh untuk  menang-kalah, siapapun dan apapun malah lebih buruk. Prabowo misalnya ngotot tetap nyapres, dengan rekam jejak kekalahan dan juga reputasinya selama dua kali pilpres model kampanyenya demikian, kog susah melihat dia bisa menang.

Misalpun dia bersama Anies Baswedan, ini jauh lebih pelik lagi karena Anies Baswedan dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Nasdem. Di sana juga ada AHY yang susah untuk bisa lepas dari keinginannya untuk ikut kontestasi setingkat pilpres.  Kondisi yang sangat dan jauh lebih suit dari pada Prabowo dengan legawa menjadi pendamping Ganjar Pranowo.

Jika kombinasi lain, bersama Gus Imin misalnya, ini juga tidak lebih baik. Suara PKB tidak cukup signifikan, karena juga tergerus pada sosok Ganjar. NU yang digadang-gadang tidak sepenuhnya yakin dengan reputasi Muhaimin selama ini. terlalu berat bagi Prabowo jika memaksakan diri mengusung dirinya bersama ketum PKB ini.

Jauh lebih realistis dan wajar, ketika ia mau menjadi bacapres dari Ganjar Pranowo. Toh dari sisi capaian menjadi Menhan tidak ada yang mentereng sebagaimana pejabat prestasi ala demokrasi sekarang. Tidak sekadar menjadi menteri yang bengong saja. Lihat publik melihat capaian, MenPUPR, Menkeu, Menlu, atau minimal ala Mahfud MD.

Keputusan jelas di tangan Prabowo. Partainya pasti juga berhitung.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply