Prabowo Oh Prabowo
Belum juga masa pendaftaran capres, apalagi kampanye. Apa yang Prabowo lakukan beberapa saat terakhir memperkeruh keadaan. Usai pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI-Perjuangan, lebih banyak blunder Prabowo dari pada aksi positif dan prestasi.
Susah memang jika berharap Prabowo mampu seperti Jokowi, Ahok, Sri Mulyani, atau Susi Pudjiastuti dulu, atau Terawan, Jonan, dan pejabat dengan prestasi luar biasa. Prabowo ini pejabat ala Orba yang memang minim visi spektakuler. Hanya menjalankan tugas dan selesai.
Lebih ngaco lagi, ternyata apa yang Menhan nyatakan itu di luar sepengetahuan Presiden Jokowi selaku pemimpin negara, sekaligus atasan Prabowo. Hal yang lagi-lagi memperlihatkan sifat grusa-grusunya.
Disusul dengan isu-isu pengadaan alutsista yang acak-acakan. Pembelian pesawat bekas dari luar negeri, meskipun dibungkus dengan alas an bahwa sangat mendesak, negara lain juga antri barang bekas itu, dan seterusnya, toh publik susah untuk bisa yakin bahwa Prabowo layak jadi presiden. Menteri saja gagal, begitu dalam benak pemilih.
Mengemuka juga mengenai kegagalan menangani proyek ketahanan pangan yang dicanangkan presiden. Masyarakat bertanya-tanya lha Menhan kog menangani pangan. Kan Namanya saja Menteri pertahanan, termasuk di dalamnya adalah potensi ancaman mengenai pangan. Jangan dianggap sepele lho, pangan itu kekuatan keamanan yang paling dasar.
Penyempitan lahan tanaman bahan pokok karena berbagai hal, sama sekali belum ada inovasi untuk menciptakan lahan produktif dengan masa panen lebih singkat, hasil panenan jauh lebih berlipat. Perlu belajar dari Afrika yang menjadi lumbung pangan karena China dan Israel. Hal yang penting apalagi malah dua negara itu bagi Sebagian kelompok adalah laiknya sebuah musuh yang perlu dihindari. Padahal tidak demikian.
Kini, malah muncul usulan pemindahan makam Pangeran Diponegoro dari Makasar ke Jogyakarta. Sebelas dua belas dengan kasus usulan ide perdamaian Rusia-Ukraina. Ini juga menjadi bulan-bulanan. Bagaimana gagasan yang tidak ada manfaatnya sama sekali ini, puluhan tahun sudah berangsung dan tidak ada masalah.
Negara kesatuan Indonesia malah menjadi nyata, dengan keberadaan Pangeran Diponegoro yang lahir dan jelas orang Jawa meninggal dan dimakamkan di Makasar. Itu ulah Belanda, dan itu menjadi tonggak, gambaran, symbol pemersatu bangsa. Membawa balik malah memperlemah simbolisasi NKRI itu.
Melupakan sejarah bagaimana Belanda memecah-belah negeri ini. Penyemangat yang menjadi kekuatan bangsa, bukan malah sebaliknya. Mana visi seorang pemimpin besar jika demikian.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan