Pujian Maut AHY

Pujian Maut AHY untuk Anies Baswedan, Warga Jakarta Makin Bahagia, Dasarnya Apa?

Menjelang 24 manuver politik makin menghangat. Salah satunya pergerakan AHY yang masih 11 12 dengan sebelum-sebelumnya. Memainkan narasi politik korban, menghajar Jokowi, atau menggaungkan hal-hal yang dianggap berbeda. Contoh soal Mandalika, mengenai minyak goreng, atau isu-isu kebijakan pemerintah lainnya.

Tiba-tiba memuji Anies Baswedan, yang merupakan rivalnya waktu pilkada DKI 2017. Hal yang lumrah sebenarnya, namun ada yang maaf mempertontonkan kemampuan AHY dalam memainkan pion politik. Yang ia jadikan rujukan adalah kebahagiaan dan kemajuan Jakarta. Ini naif, belum lama sudah ada rilis mengenai indeks kebahagiaan di Indonesia.

Jakarta salah satu daerah yang turun indeks kebahagiaannya. Jadi, AHY ternyata selain tidak membaca, juga tidak paham dunia sekelilingnya. BPS melaporkan 10 provinsi dan salah satunya DKI Jakarta yang turun poin indeks kebahagiaannya. Berobsesi menjadi pemimpin negara, namun berbicara tidak berdasarkan data dan fakta yang valid. Ini asumsi yang tidak bagus sebagai seorang pemimpin.

DKI Jakarta termasuk rendah di Indonesia, ada pada posisi delapan terbawah indeks kebahagiaan warganya. Ini hasil dari lembaga negara yang  layak menjadi rujukan. Belum lagi mengenai kemajuan. Mosok tidak tahu bagaimana program-program Jakarta amburadul. Lagi-lagi pemimpin yang tidak melihat secara holistik.

Pujian untuk masa depan

Tentu saja ini kepentingan 24. Mau ngaco atau mendasar, toh tidak penting bagi politikus yang  ngebet menguasai negeri. Apa yang terjadi memberikan kita pembelajaran,

Pertama, politik cemar asal tenar sudah menular. AHY dan Demokrat menggunakan pola ini. jelas saja ngawur dipaksakan , demi dekat dengan Anies Baswedan yang memiliki tingkat kepopuleran lebih dari dirinya.

Kedua, Demokrat dan AHy sudah kehabisan ide dan gagasan segar. Sehingga makin ngawur dan ngaco ke mana-mana. Mosok pribadi demikian mau dijadikan presiden. Ah yang  bener saja.

Ketiga, DPD Demokrat DKI mengusung dua mantan koruptor dalam jajaran pengurusnya. Artinya jelas, tidak punya keprihatinan pada derita negara karena maling-maling berdasi ini. Eh lupa, kan emang kandang maling ya.

Keempat, melihat poin tiga itu, mau memperlihatkan bahwa partai Yudhoyono ini miskin kaderisasi mumpuni. Pemadat, maling, dan radikalis ada di lingkaran mereka. Ini jelas sangat berbahaya bagi negara.

Kelima, AHY jelas tidak memiliki misi yang jelas untuk negeri ini. Fokus dan tujuannya hanya kursi kekuasaan untuk dirinya. Jika demikian, negara akan mundur lagi, padahal sekarang lagi maju dan progresnya jelas.

Jangan jadikan Indonesia mundur dan jadi kek Jakarta. Apalagi duet dua politikus miskin visi ini. pengalaman rusak Jakarta jangan dinasionalisasi.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan