Rocky Gerung akan Menjadi Ratna Sarumpaet?

Rocky Gerung akan Menjadi Ratna Sarumpaet?

Menarik apa yang dilakukan Rocky Gerung dalam konpresnya. Ia meminta maaf namun bukan masalah substansinya. Apa yang ia nyatakan malahan membawa potensi masalah dengan Moeldoko. Sangat mungkin staf kepresidenan ini membawa ke jalur meja hijua sebagaimana Luhut memperkarakan Haris Azhar.

Tidak ada yang salah jika pilihan Moeldoko demikian. Pun pilihan Pak Jokowi tidak. Bebas di   negara demokrasi itu.  Aneh dan lucu, ketika malah ngeles dan ke mana-mana. Semua orang diserang seolah-olah merasa paling benar dan tidak bisa salah.

Apa yang Rocky Gerung lakukan itu bukan barang baru sebenarnya. Hanya karena tau Presiden Jokowi tidak akan pernah membawa dalam ranah hukum, ia merasa aman dan itu dimanfaatkan politikus yang mau mengail di air keruh.

Tentu masih ingat kejadian Ratna Sarumpaet yang mengaku dipukuli menjelang pilpres 2019. Publik disuguhi drama oleh oposan, seperti Fadli Zon, Prabowo kala itu, Amien Rais. Tudingannya adalah pemerintah otoriter, menonjok nenek-nenek, dengan bukti dan narasi rambut cepak, badan tegap. Jelas siapa yang disasar.

Jokowi turun karena pemerintah berlaku kasar, kejam, dan seterusnya. Anehnya adalah tanpa ba bi bu kog ada nenek-nenek diajar, itu normal enggak di zaman seperti ini, benar Ratna Sarumpaet menampilkan sikap oposan, kan bukan hanya dia, dan waktu itu tidak ada pernyataannya yang mengarah untuk bisa ada alasan dipukuli.

Tanpa lama keluarlah kebenaran, ia operasi plastik dan akan malu jika anaknya tahu. Oposan lain pada bungkam     dan meninggalkan si nenek sendirian. Identik juga dengan Ahmad Dhani yang menghina ormas tertentu. Dibiarkan sendirian menghadapi peradilan.

Kini, Gerung bisa saja lepas dari menghina Jokowi, namun apa iya bisa tetap lepas terus? Jangan lupa sepandai-padainya tupai melompat, akan jatuh juga. Kali ini, bisa jadi Moeldoko yang akan menyeretnya ke pengadilan.

Posisi Jokowi selaku presiden memang sangat tidak elok jika membuat laporan polisi, meskipun SBY juga melakukan dan Eggy Sujana masuk bui. Pilihan Jokowi berbeda.

Narasi bahwa akan menuding pemerintah otoriter, sama dengan Orba akan susah diterakan pada kasus ini. Berbeda ketika Jokowi yang membawanya ke ranah hukum.

Memberikan pelajaran berharga bahwa ucapan itu perlu tanggung jawab, bukan asal bicara. Apalagi maaf namun masih juga mengulangi, dan tidak pada inti masalah. kebiasaan buruk yang diulang-ulang, seolah rendah hati padahal sombongnya tidak terkira.

Demokrasi itu punya jiwa ksatria dan tanggung jawab. Tidak asal njeplak dan merasa benar sendiri. Pihak lain pasti salah.

Membedakan kritik dan makian saja tidak bisa, sok-sokan kritis dan bangga dengan pemikirannya sendiri yang tidak logis. Upaya ngeles jelas bukan orang yang layak didengarkan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan