SBY Tantrum dan Menjilat Ludahnya Sendiri
Pada masa pemerintahannyalah PT itu naik menjadi 20%, demi apa? Ya demi posisinya aman tanpa ada lawan yang terlalu banyak dan bisa membahayakan posisinya. Kemenangan lebih sulit dan rumit, tentu enakan kalau rivalnya sedikit.
Politik itu kepentingan. Walaupun bertolak belakang, tidak peduli. Yang penting kan kesampaian yang menjadi maksud dan keinginannya. Kekuasaan. Wong dulu, ketika posisi di atas minta gede, kini saat tidak beruntung minta tanpa batas.
Narasi yang dikembangkan malah lebih ngaco lagi. Ahli mengatakan, kedaulatan rakyat lebih terjamin dengan PT nol prosen. Ah yang bener, partai kog yang berdaulat, rakyat hanya perlu nyoblos, usai itu mana diingat. Pengamat naif.
Memilukan, ketika persoalan PT cenderung hanya menjadi alat kepentingan sendiri, kelompok, partai politik, bukan demi berbangsa yang lebih besar dan baik. Naik dan turun hanya sepanjang mempertahankan kekuasaan, atau mendapatkan kesempatan untuk bisa kembali mengangkangi negara dengan pemilu yang sejatinya abal-abal.
Risiko nol persen sangat besar. Lihat saja Jokowi dengan koalisi gemuk saja belepotan dalam isu-isu stategis. RUU PKS, RUU Penyitaan Aset, lha UU Ciptakerja saja juga bisa alot seperti itu. bagaimana orang atau presiden yang tidak didukung kekuatan parlemen.
Terlalu naif, ketika sekadar menjadi presiden, namun tidak cukup legalitas apalagi parlemen negeri ini masih begitu ngaconya. Taat azas dan konsensus sangat lemah. Ya ya namun di belakang nggerundel, lebih parah lagi tidak mengerjakan.
Rekam jejak Demokrat juga masih pada ingat dan paham, seperti apa. Mangkrak, korupsi di mana-mana, KKN dengan anak, ipar, kakak, adik, ada di dalam kepengurusan partai. Hal yang identik nantinya juga bisa diperkirakan sama. Orba gaya baru yang sangat kental.
Mau mengulang kegagalan 10 tahun yang sudah mulai direvisi era Jokowi. Apalagi AHY jauh lebih lemah dan mentah dalam pengalaman dibandingkan SBY. Mau berharap dengan capres ingusan dan cengeng?
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan