Lagu Pak Tua Elpamas untuk SBY
Luhut cukup geram dengan apa yang terus saja dilakukan SBY. Ia sampai meminta SBY berlaku seperti Habibie. Kritikan itu sampaikan dengan datang ke pejabat yang sedang bekerja. Ini bukan soal gila kuasa atau gila hormat, etika.
Pemahaman bagus yang seharusnya dimiliki banyak elit negeri ini. Tahu diri, rendah hati, dan memiliki wibawa yang kuat. Era feodalisme sudah tidak zamannya lagi. Penghormatan kepada pejabat ya sesuai dengan kapasitasnya.
Tahu keberadaan dirinya sebagai rakyat biasa meskipun pernah menjadi presiden. Hal yang hakiki dalam alam demokrasi. Ada periode waktu untuk menjabat.
Hal penting yang layak dicermati adalah pernyataan Menko Luhut, tak perlulah merasa yang berkuasa saat ini di bawah kita. Apa yang layak dilihat?
Pertama, apa yang dialamai Jokowi itu pasti berbeda dengan yang dialami SBY. Nah, tentu nasihatnya tidak bisa dan tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah beda konteks. Sama juga dengan batuk, karena apa batuk itu obatnya sudah berbeda.
Ketiga, semua pemimpin memiliki prestasi dan nilai bagus. Sekecil apapun. Nah, dari pada meributkan kekurangan pemimpin lain, mengapa tidak membesarkan capaian dan prestasinya. Atau karena tidak ada?
Keempat, riuh rendah makin mempertontonkan peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Bagaimana capaian SBY secara kasat mata saja bisa dilihat dengan apa yang Jokowi kerjakan.
Lagunya Elpamas, era awal 90-an layak untuk didengarkan Pak Beye, Pak Tua sudahlah, engkau sudah terlihat lelah…..
Tentu ini menyakitkan bagi pihak yang memiliki koreng yang mau disimpan, atau karena post power syndrom. Nasihat bijak yang layak didengarkan penyanyi, eh presiden hobi nyanyi.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Jika pemimpin bisa memberikan teladan yang baik maka ini akan menjadi edukasi positif bangsa terutama dalam berpolitik sehat. Terima kasih telah berbagi insight dalam artikel ini.
Salam hormat, Pak Susy.
Terima kasih Ibu Nita
Sepakat
Keteladanan itu penting
Salam hangat n salam sehat