Jokowi Membuat Mega pun Menangis

Setelah menjelang tujuh tahun Jokowi dihina, dilecehkan, oleh rakyat jelata hingga elit partai sok oposan, Mega mengaku menangis mendengarnya. Terlambat, tetapi toh layak juga diapresiasi. Masih ada yang membela Jokowi.

Lebih menarik lagi, baru saja ada yang mengatakan Jokowi pecah dengan PDI-P. Mega selaku ketua umum partai terbesar dalam mengusung presiden, tidak langsung reakif menjawab. Mau konformasi atau menegasi, toh sama saja.

Mengatakan, kami tetap mendukung dan dibelakang Presiden Jokowi, jangan takut dengan hinaan dan caci maki. Memperlihatkan mutu dan kekuatan dari Megawati selaku mantan presiden dan juga negarawan.

Spekulasi yang mau membenturkan PDI-P dan Jokowi mentah seketika. Faktanya, tidak sedikit intern banteng juga berlaku oposan pada Jokowi. Apalagi jika bicara oposan, barisan sakit hati, dan juga SJW.

Hari kemerdekaan, malah riuh rendah dengan caci-maki, penghinaan, bukan semata pada Jokowi, namun juga pada salah satu suku di Indonesia, Baduy. Tidak hanya rakyat atau netizen, namun justru elit, terutama yang berafiliasi pada Demokrat.

mega

Demokrat sih bukan hanya karena oposan, tetapi takut belang kegagalan pemerintahan yang mereka pegang makin terlihat kacau balau.  Klaim diri dan sepihak makin marak, sekaligus menghajar Jokowi baik sebagai presiden atau fatalnya pribadi.

Mengapa selalu terulang, dan seolah tidak ada efek jera?

Keteladanan. Ini dinyatakan dengan lugas oleh elit bangsa, ada Fadli Zon, Amin Rais, Gatot, Didu, Iqbal, Refli, dan kawan-kawan. Mereka aman-aman saja karena mereka sudah menyiapkan skenario lanjutan, kriminalisasi. Ini yang dicontoh oleh warga negara lain dengan kompor SJW.

Penegakan hukum yang serba tidak jelas. Aktor-aktor politik memang sudah siap dengan agenda itu. polisi serba salah. Penangkapan dan ujungnya meterai cemban membuat tidak ada efek jera sama sekali. Orang mengulangi lagi dan lagi.

Elit negeri, lagi-lagi barisan sakit hati ngompori dengan pernyataan, pemerintah otoriter, tidak tahan kritik, dan seterusnya. Padahal ini penghinaan, bukan kritikan. Berulang terus dan terus.

Jokowi fokus pada kerja. Tidak memberikan porsi sama sekali model pelecehan demikian. Ia sudah  selesai berhadapan dengan krucil-krucil politik yang masih sekelas anak PAUD itu.  Dibiarkan malah merajalela. Jokowi tidak kurang apapun, dan sejatinya mereka juga tidak mendapatkan apapun.

Kepuasaan atas kebencian yang sejatinya itu justru merugikan mereka sendiri. Demokrat yang paling parah, mengalahkan PKS atau Gerindra periode kemarin.

Layak ditunggu, apakah kepolisian akan tegas pada elit yang banyak omong minim kerja, sehingga Megawati tidak perlu menangis lagi? Jokowi tidak terpengaruh, namun gaduh yang sangat menguras energi yang tidak perlu juga perlu disikapi dengan sangat serius.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply