The Power of Mak-mak
The Power of Mak-mak
Beberapa waktu terakhir menyaksikan dua tayangan video pendek, di mana memperlihatkan dua mak-mak mempertontonkan powernya. Satu berkaitan dengan surga dan kehidupan setelah mati. Satunya mengenai hidup kekinian.
Tulisan ini tentu tak hendak mau menistakan agama atau menguliti soal agama. Camkan itu dulu. Kisah pertama, ada anak di bawah umur yang sedang menangis sesenggukkan di depan ibunya yang mengajaknya mengaji, si anak maunya main HP. Oleh si ibu diberi pilihan mau hp atau ngaji, dan dampaknya mengaji. Pertanyaan selanjutnya mau masuk surga atau tidak. Anak ini kelihatannya masih pra TK atau TK kalau SD jelas belum.
Tayangan kedua, seorang ibu yang sedang menegur petugas mini market yang ia katakan telah menegur anaknya dengan sangat keras. Si ibu khawatir anaknya akan trauma. Menutup video ada kata-kata si mak, kalau gak mau capek tidak usah kerja.
Aneh bin ajaib, tentu si karyawan akan capek karena bekerja, namun bukan karena ulah si bocah anak emak-emak sok kritis ini. Mengapa sok kritis? Ya jelas karena kalau kritis ia akan mengajak anaknya dengan nasihat, jangan merepotkan orang lain dengan memberantakin dagangan di tempat umum.
Si ibu lupa, bahwa anaknya tidak boleh trauma, namun bisa jadi si pegawati mini market trauma karena kena damprat atasannya. Bisa juga berantem dengan pacar atau istrinya karena terlambat pulang, padahal bukan kesalahannya.
Perlu si mak ketahui, bahwa mini market bukan tempat bermain atau rumahnya sendiri yang bisa seenak jidatnya diberantakin. Bisa diperkirakan, di rumah si anak biasa memorakporandakan mainan dan ART –nya yang harus merapikan, kalau tidak, akan kena damprat si mak ini. Miris melihat polah dan pola pikir ngaco si mak ini.
Kisah kedua, lebih memilukan. Anak itu dunianya bermain, mengaji pun bisa dilakukan dengan fun, menyenangkan, bukan inimidatif seperti itu. Anak ketakutan, terpaksa, dan bisa jadi malah antipati pada kegiatan yang sejatinya baik ini.
Benar, mengajarkan kebaikan sejak dini itu penting, namun bukan dengan cara-cara yang malah membuat traumatik seperti itu. Bisa dibayangkan, bagaimana anak ini jika besar nanti.
Kedua mak ini maunya melindungi anaknya, namun keduanya keliru dalam menerapkan cara untuk membuat mereka lebih baik. Orang tua yang tidak memahami perkembangan anak dan memiliki sikap tanggung jawab sesuai dengan usianya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan