Yasin Limpo-Mentan, Korupsi, dan Enaknya BPK

Yasin Limpo-Mentan, Korupsi, dan Enaknya BPK

Salah satu hal yang membuat geram dengan keberadaan BPK adalah masalah korupsi yang tiada henti. Berkali ulang WTP namun ditangkap KPK. Ada pejabat yang membuat pemerintahan transparan malah tidak pernah bisa WTP. Selalu saja ada saja cacat cela  yang ditimbulkan.

Kali ini dalam persidangan KPK mantan Mentan yang didakwa korupsi salah satu yang dinyatakan adalah tawar menawar untuk bisa mendapatkan status WTP, artinya Lembaga itu bekerja dengan sangat baik. Konteksnya adalah Badan Pemeriksa Keuangan jelas mengenai keuangan negara yang dijalankan dengan baik dan tidak ada masalah.

Namun mirisnya adalah, mereka, pihak BPK itu menemukan ada masalah. Demi bisa masalah itu clear ada uang 10 M yang diminta dan naik menjadi 12 M, dan dengan tawar menawar menjadi 5 M. Tawar-menawar untuk membersihkan masalah, menutupi masalah dengan ganti uang.

Bayangkan, jika  Lembaga-lembaga yang bermasalah itu juga setor demikian, jelas apa dampaknya. Pantas kemajuan jalan di tempat, korupsi dan inefisiensi tetap saja tinggi. Keadaan yang tidak berubah baik karena Lembaga yang mengadakan audit, memonitor penggunaan uang masih bisa dibeli.

BPK sebagai Lembaga yang dinyatakan dalam UUD memang kedudukannya sangat kuat. Tidak ada yang salah dengan BPK, namun para pejabatnya yang bermasalah.

Integritas. Susah mengatakan bahwa mereka penuh   integritas, ketika tawar menawar ini sangat mungkin berlangsung sejak lama. Lihat saja bobroknya Pembangunan dan korupsi yang tidak pernah surut. Mereka bisa menjual WTP dengan berganti amplop padahal jelas ada masalah, namun bisa baik-baik saja sepanjang ada setoran.

Politikus. Petinggi BPK diisi mantan anggota DPR RI yang gagal atau sudah bosan di Senayan dan mereka beralih fungsi. Padahal sudah dipahami    bagaimana mereka bekerja selama ini. Apalagi ini bicara mengenai uang dan audit, pengawasan, dan ya begitulah ujungnya.

Partisan. Menjadikan mereka kurang professional. Berangkat dari orang-orang politik, meskipun ahli keuangan, susah melihat mereka bisa bertindak dan berperilaku obyektif, apalagi jika berkaitan dengan partai yang pernah membesarkan mereka. Konflik kepentingan jelas terjadi.

Masyarakat abai. Tidak pernah ada yang mengatakan reformasi atau bahkan bubarkan BPK. Berbeda dengan KPK yang selalu saja dirongrong oleh banyak pihak. BPK malah seolah menjadi Lembaga baik, bagus, dan suci. Padahal demikian buruknya perilaku mereka ini.

Perbaikan secara mendasar, ini berkaitan dengan sikap mental, kehendak baik, dan juga kemauan untuk memperbaiki bangsa dan negara ini dengan sangat mendesak. Jika tidak ada perubahan yang signifikan, jangan harap korupsi akan bisa berkurang.

Membangun integritas, pendidikan dan juga agama memegang peran penting. Lihat saja sekolah selama ini juga menyumbang masalah dengan integritas. Bisa masuk sekolah dengan menyuap. Kebocoran soal yang dianggap sepele.

Agama, bagaimana agama menjadi tameng untuk berbuat jahat. Tidak semata ritual di rumah ibadah dan apalan kata-kata suci. Jauh lebih penting, bagaimana agama membuat orang takut berbuat dosa apalagi maling.

Malah sering agama menjadi alat pembenar dalam berbuat kejahatan. Memilukan sekaligus memalukan

Yakin semua bisa diselesaikan dan diperbaiki dengan kemauan dan kehendak yang kuat. Satu padu dalam memperbaiki keadaan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan