Data Sahih Tak Terbantahkan IQ 78 Anak Indonesia
Data Sahih Tak Terbantahkan IQ 78 Anak Indonesia
Beberapa saat terakhir, berinteraksi anak-anak sekolah paling dasar, RA/TK hingga SD kelas empat. Membaca secara umum lebih banyak masih gagap dan mengeja dengan cukup parah. Apalagi membaca soal yang butuh pemahaman. Ingat ini hanya berdasar amatan dan juga pengalaman interaksi langsung dengan siswa di sekolah dasar.
Mengapa bisa mengambil simpulan di atas?
Kemampuan membaca itu menentukan keseluruhan pelajaran di kemudian hari. Bayangkan bagaimana jadinya jika membaca saja tidak lancar, bisa mengerti, memahami, apalagi memberikan jawaban atas persoalan yang ada. Wong paham saja tidak, mosok mau membuat sintesis.
Masih lebih banyak hafalan, kog minta penilaian LOT dan HOT yang lebih tinggi, memahami, mensintesiskan, dan kemudian mengaplikasikannya. Bagaimana bisa anak paham, sebagai contoh, Ibu memiliki mangga sejumlah enam buah, ada kakak, adik, dan saya. Masing-masing akan mendapatkan mangga berapa buah? Sederhana, enam dibagi tiga, 6:3. Nah, ada anak yang masih membaca saja grothal-grathul, tergagap-gagap, kog analisis, dan pembagian lagi. Kerja 3 atau 4 kali nambah mumet.
Ujung-ujungnya males, enggak belajar, karena rumit. Materi yang kemarin belum sempat dikuasi dengan baik, nambah bahan baru. Ya sudahlah, semua memburai tidak karu-karuan. Anak jadi enggan belajar, jadilah biang kerok di kelas.
Gurunya cenderung bukan pembelajar. Jadi, bisa metode itu, ya sudah disampaikan saja. Mau siswanya paham atau tidak, yang penting tuntutan mengajarnya sudah dijalankan.
Belum lagi, jika orientasi gurunya hanya pada ASN-P3K, dan kemudian sertifikasi. Tambah tidak mudah dunia Pendidikan di Indonesia. Tugas administrative bejibun yang membuat guru bisa juga kehilangan focus.
Kriminalisasi guru yang sangat direcokin HAM dan pidana mengancam. Pendisiplinan itu butuh ketegasan. Kadang tegasnya guru dipahami sebagai kekerasan oleh penegak hukum, yang juga paham, bagaimana perilaku mereka. Ingat belum lama kan ada guru dipidana karena katanya mematahkan kaki. Padahal tidak demikian. Bubar semua.
Miris.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan