Kepala BGN: yang Tidak Puasa Bisa Makan Sembunyi-sembunyi atau Diam-diam

Kepala BGN: yang Tidak Puasa Bisa Makan Sembunyi-sembunyi atau Diam-diam

Hal yang aneh dan luar biasa tidak jelas pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional menanggapi program Makan Siang Gratis  Bergizi selama bulan puasa. Ia mengatakan yang berpuasa bisa membawa pulang jatah makan siangnya. Teruntuk siswa yang tidak menjalankan ibadah puasa bisa memakannya sambil diam-diam atau sembunyi-sembunyi.

Mengapa aneh dan luar biasa?

Pertama, memangnya mengapa jika makan tidak diam-diam atau sembunyi-sembunyi? Memangnya mereka yang tidak berpuasa itu maling, rampok, atau pencuri? Hanya maling dan perampok yang melakukan tindakannya sembunyi-sembunyi atau diam-diam.

Kedua, harusnya yang dikatakan adalah, yang tidak berpuasa silakan makan dengan menghormati rekannya yang sedang beribadah. Caranya bisa dengan banyak hal yang bisa guru dan sekolah fasilitasi. Atau bagaimana caranya, namun bukan meminta diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Ketiga, jika pernyataannya demikian, baca diam-diam dan atau sembunyi-sembunyi, berarti yang tidak berpuasa ini berbuat jahat, keburukan, tidak melakukan kebaikan atau menjalankan keburukan. Padahal negara ini dasarnya Pancasila, agama tidak satu, berpuasa masing-masing ada waktu dan kebiasaannya.

Keempat, apa yang dikatakan Kepala BGN ini malah bisa memicu kebiasaan sweeping warung dan restoran yang biasa dilakukan oleh ormas, yang sekian lama sudah tiarap. Mengapa? Kan ada pejabat negara yang menyuruh siswa makan sembunyi-sembunyi dan diam-diam.

Kelima, apa yang ada to anak sekolah yang makan dengan memamerkan kepada temannya yang sedang berpuasa, show off di depan temannya yang sedang menjalankan ibadah. Hal yang belum pernah terjadi. Toh siswa-siswi kita juga waras dan toleran dari pihak minoritas itu sudah jempolan kog. Malah yang mayoritas itu sering arogan tidak mau menghormati pihak lain.

Keenam, bijaksana itu tidak gampang. Memilih kata dan kalimat itu memang perlu cerdas, dewasa, dan bijak. Seolah sepele namun maknanya jauh berbeda. Maunya minta penghormatan, namun malah cenderung mendeskreditkan anak-anak yang tidak berpuasa.

Ketujuh, tidak berpuasa itu tidak jahat, tidak pula salah. Misalnya siswi yang  lagi menstruasi, atau siswa-siswi nonis, kan ya tidak wajib. Mengapa harus sembunyi?  Naif.

Programnya  belum jelas, omongannya juga demikian, wajar ketika rakyat makin pesimis. Rekam jejaknya  tidak meyakinkan, eh kini pun yang faktual makin tidak jelas.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan