Keluarga Jokowi Mengelola TMII

Ada dua pernyataan cukup aneh berkaitan dengan pengambilalihan TMII. Isu kalau akan dikelola oleh kelurga Jokowi. Kedua, pernyataan Fadli Zon mengenai TMII diambil alih untuk membayar utang. Berkebalikan dengan salah satu pengelola yang menyatakan, sangat terbuka menjadi baian transisi pengelolaan taman yang digagas Tien Soeharto ini.

Membahas dari pernyataan Fadli Zon, bagaimana bisa membayar utang dengan mengambil alih TMII? Padahal soal utang negara itu bukan keputusan pribadi Jokowi, ataupun presiden sendiri. Ada peran dewan, dan Fadli Zon ada di sana, malah periode lalu menjadi pimpinan.

Rasio utang yang didengung-dengungkan oposan selama ini juga cenderung ngaco. Seolah-olah hanya Jokowi yang tukang utang. Padahal sejak Hindia Belanda juga banyak utang. Malah kini pembangunan sangat masif, ke mana ketika banyak utang, tetapi pembangunan sangat minim?

Persoalan narasi mau dikelola keluarga Jokowi. Ada beberapa hal yang menjadi landasan berfikir ini sih lagi-lagi salawi.

Pertama, Jokowi sering memilih langkah tidak populer demi bangsa dan negara. Lihat saja kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, itu yang menyangkut dalam negeri. Rakyat jadi jengkel, termasuk pendukungnya.

Berkaitan dengan luar negeri, pengambilalihan Freeport jelas  membuat meradang yang biasa mengeruk kekayaan bangsa dengan leluasa. Pengolahan nikel juga membuat banyak negara berang. 

Nah dengan menguasai saham, atau minta fee untuk Freeport atau tambang nikel negara mana sih yang tidak akan suka rela memberikannya, lha malah TMII. Terlalu kecillah, tidak mendasar.

Atau ada juga Petral, di mana itu adalah tambang dari masa lalu, eh malah ditendang dengan lugas. Padahal nilai  impornya tidak ketulungan besarnya. Mengambil sama dengan yang lalu-lalu jelas lebih gede dari sekadar TMII.

Kecenderungan apa yang terjadi adalah salawi. Pihak-pihak yang jerih akan juga kena garuk seperti TMII dan keluarga Cendana. Satgas tagih utang BLBI juga gambaran Jokowi tanpa beban. Satu demi satu garong negara diambil hartanya untuk dikembalikan.

Siap-siap akan memanas lagi kondisi perpolitikan negara ini. Siapa  yang tidak jengkel susah payah maling eh direbut kembali.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply