Ketua DPD: Imbau Warga Ikut Partisipasi Anggaran Makan Siang Gratis

Ketua DPD: Imbau Warga Ikut Partisipasi Anggaran Makan Siang Gratis

Menarik apa yang disampaikan ketua DPD yang memberikan imbauan agar Masyarakat terlibat dalam pembeayaan makan siang gratis bergizi. Jadi layak diulik, apakah ini logis, lucu, atau malah naif. Mengapa demikian?

Pertama, namanya saja program makan siang gratis, lha jika masyarakat ikut terlibat membantu membayar, ya jadinya tidak gratis. Sama juga orang tua membayar untuk makan siang anaknya di sekolah.

Kedua, sejatinya makan siang gratis ini juga tidak layak untuk semua kalangan, karena kesenjangan dalam banyak segi bangsa ini terlalu besar.  Mosok Jan Ethes, Amira, atau Raffatar makan siang gratis dengan harga Rp. 10.000,00. Beneran mereka mau dan selahap teman-teman dari pedalaman?

Ketiga, jika memang terlalu berat untuk anggaran negara, banyak  opsi dipilih. Misalnya, hanya untuk jenjang PAUD, TK, dan  SD, siswa SMP dan SMA-K tidak, atau menunggu evaluasi dari program ini. Bisa juga mirip dengan BLT atau sejenisnya, yang masuk kategori keluarga prasejahtera dapat makan siang.

Namun sayang, di  lapangan PKH ini juga masih banyak salah sasaran dan edit data susahnya minta ampun. Mosok motor lebih dari satu, ada mobil, rumah permanen, dapat PKH, dan bangga dengan itu.

Keempat, yang janji dulu dalam kampanye kan presiden dan wakilnya, mengapa kini balik  warga yang harus membeayai? Dagelan apa lagi, jika demikian, ya biarkan orang tua memberikan makan pada anaknya. Apa bedanya dengan yang sudah terjadi selama ini?

Lagi-lagi, jika anggaran negara terlalu berat, bisa disimpulkan, dulu dalam kampanye hanya mengandalkan populisme omong kosong. Buat apa jika demikian, kembali kepada rakyat, mau autopilot lagi?

Kelima, ketua DPD kan perwakilan daerah, kepanjangan tangan rakyat juga wong yang memilih rakyat, kog tidak berpihak pada masyarakat, namun malah “membela” pemerintah. Harusnya meringankan beban konstituennya, bukan malah membebaninya dengan gagasannya yang aneh.

Keenam, program ini belum sepenuhnya berjalan, belum bisa dilakukan evaluasi, bagaimana kejadian di lapangan, mengenai mutu makanan, berkaitan dengan harga, pelaku usaha, dan banyak sisi lainnya. Kog sudah ada yang bicara anggaran berat bagi negara, ini ada apa? Aneh saja.

Terlihat bahwa program ini comot dari tempat lain tanpa mikir panjang. Asal populis dan menarik bagi pemilih. Pas menang betulan kelabakan nyari alternatif solusi.

Miris. Berjalan saja belum tegak, sudah kesusahan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan