Ahok Makin Dewasa
Dua hal patut menjadi pembelajaran dalam hal ini,
Pertama, ia mengatakan Pak Anies sderhana, ikuti saja apa yang sudah menjadi program dengan kajian panjang, mendalam, dan menyeluruh. Sudah ada sejak Pak Fauzi Bowo. Lihat, ia menonjolkan pihak lain yang memang benar adanya, demikian faktanya, dan apa adanya. Ia tidak memperlihatkan dirinya yang pernah berhasil. Padahal hal ini yang media dan netizen nantikan.
Sangat cerdik dan bahkan bijak. Prestasi itu tidak perlu diklaim, nyatakan, dan gembar-gemborkan. Tinta emas itu akan tertoreh dengan sendirinya, tanpa perlu mengaku-aku ke mana-mana. Prasasti yang tidak perlu klaim diri, rekayasa, dan pemaksaan. Ia paham, tidak akan tertukar dengan apa pun di dunia ini.
Kedua, penyebutan Fauzi Bowo, dengan menghilangkan namanya dan nama Pak Jokowi. Ini lagi-lagi cerdas. Ia paham siapa-siapa yang warga Jakarta, elit Jakarta, dan juga elit negeri tidak berkenan untuk ikut terlibat dalam kondisi ini. Banjir orang waras akan bicara Jokowi-Ahok, mereka memiliki cara penanganan yang paling signifikan.
Nah dua nama ini yang menjadi momok para penganut paham pesta pora anggaran. Dengan menepikan namanya sendiri dan Jokowi, ia tidak menciptakan polemik, mendinginkan suasana yang sangat memanas.
Padahal siapa bisa membantah dan menyatakan peran Jokowi-Ahok urusan banjir Jakarta, ingat hanya orang yang waras yang berhak menjawab. Toh dengan bijak dan cerdik ia memilih untuk menepikan peran mereka. Ia paham Jokowi tidak akan marah dengan model demikian.
