Anies Baswedan dalam Bahaya, Politikus ini Turun Tangan

Kondisi Anies Baswedan sudah di ujung tanduk. KPK berkali ulang mengatakan dalam waktu dekat akan mengumumkan tersangka dalam gelaran balap mobi listrik ini. Kasus-kasus lain, seperti mengenai  tanah, juga potensial menyeretnya.

Soal sumur resapan 80 juta sih bukan hal yang sangat besar, meskipun sangat ngaco. Bagaimana tidak, begitu banyak alasan untuk mengatakan upaya bodoh membuat sumur resapan di Jakarta itu. berapa doit melayang dan pasti perlu lagi untuk perbaikan.

Wajar kalau makin panik, terutama para elit yang mau memanfaatkan keberadaan Anies. Naif deh kalau yakin Anies itu berdiri sendiri sebagai orang yang gila jabatan dan maksa jadi presiden. Begitu banyak  orang dan kelompok yang menggantungkan harapannya pada gubernur Jakarta ini.

Padahal Oktober 22 nanti lengser, praktis setahun tidak memiliki panggung sama sekali untuk pencitraan. Lebih parah kalau sampai KPK menyebut nama yang sangat dekat pada mantan menteri era Jokowi pertama ini. Lebih bahaya kalau malah nama Anies yang dikatakan.

Anies Baswedan

Wajar para “pengguna dan pemesan” jasa pada beramai-ramai turun gunung untuk melindungi. Susah, karena sudah terlalu banyak kekacauan yang tercipta. Bagaimana pertanggung jawaban penggundulan Monas, pembuatan sumur resapan, atau penanganan banjir, juga pandemi. Mungkin satu dua bisalah diatasi, kalau begitu banyaknya catatan buruk?

Bamsut sudah turun gunung. Mengaitkan dengan Jokowi mengenai formula- E. Biasa, mau menjebat orang dengan model yang sudah jadul, usang, dan kuno. Permainan Golkar banget. Bisa jadi kalau politikus kelas kambing bisa dikadalin begitu. Beda dengan Jokowi.

Formula  E itu bermasalah. Kenapa tiba-tiba menjadi murah, katanya Jakarta belum terkenal, kemudian ada alasan ganti lagi. Ini indikasi ada yang tidak beres.

Mengapa Bambang Widjoyanto, ekspimpinan KPK sampai dua kali datang ke KPK. Ada apa? aneh dan naif sebenarnya, ketika ia adalah bagian dari tim gubernur, yang sedang mungkin ada persoalan hukum dengan KPK, ingat, mungkin lho. Eh dia datang dua kali lagi. Padahal sederhana, jika memang tidak ada persoalan, jawab saja interpelasi DPR-D. Penolakan dari ketujuh fraksi sudah memperlihatkan indikasi itu.

Ketua MPR yang tiba-tiba nyelonong makin memberikan tambahan alasan orang untuk curiga. Gonjang-ganjing sudah sekitar tiga tahun, mengapa kini ada nama dia di dalam pembicaraan balapan mobil listrik ini.

Ingat, Setya Novanto itu lebih lihai, begitu saja tetap jatuh pada akhirnya. Apalagi yang sekarang ini, mereka belum sekelas Setnov dalam permainan ini. Mau main politik apalagi main pat gulipat seperti ini.

Layak ditunggu, siapa lagi yang kebakaran jenggot dan ikutan digaruk mau KPK atau Kejaksaan Agung, sama saja. Tinggal menunggu waktu.

Leave a Reply