Raport Merah LBH Membuat Anies Baswedan Limbung

Usai menerima laporan hasil kerjanya selama empat tahun, Anies Baswedan terkesan oleng. Bagaimana tidak, ketika terkesan memaksa LBH Jakarta untuk juga memantau dan memberikan laporan kinerja gubernur lain.  Padahal jelas-jelas namanya LBH Jakarta, ya wajar kalau menilai kinerja pimpinan daerahnya, bukan tempat lain.

Kek anak sekolah yang mendapatkan raport yang buruk, kemudian mencari rasionalisasi dengan menyalahkan teman, guru, dan lingkungan yang tidak mendukung dia untuk mendapat nilai lebih baik. Sepenuhnya kesalahan dirinya padahal. Itu anak sekolah, lha ini gelar akademik sudah mentog.

baswedan
Anies Baswedan

Beberapa hal ngaco demi popularitas didengungkan Anies Baswedan dan timnya adalah sebagai berikut;

Pertama, jelas soal jawaban mengenai laporan hasil kerja LBH Jakarta, namun ia maunya seluruh gunernur di Indonesia juga dinilai. Boleh sih jika tiap LBH membuatnya, juga bagus. Masalahnya adalah, kondisi Anies Baswedan itu jeblog memang.

Lha apa malah tidak tambah malu dengan hasil itu. LBH Jakarta sih benar menjawab bahwa yang ia nilai ya sesuai dengan nama mereka, LBH Jakarta. Tantangan ormas atau LSM daerah lainnya, untuk membuka mata Anies dan kawan-kawan kalau ia memang tidak becus bekerja.

Kedua, ada laporan ia telah merampungkan 0, 26% rumah DP 0%-nya. Artinya, setengah persen dalam empat tahun saja tidak mampu, berarti per tahun kurang dari 0,08%, eh masih mau nambah. Apa iya, dalam setahun misalnya, atau dua tahun biar sampai 24 biar puas, bisa mengejar 99,74%, kalau sampai 24 ada dua tahun, sehingga pertahunnya kisaran 49%, padahal realisasi selama ini setengah persen saja tidak.

Ketiga, deklarasi pencapresannya. Biasa wargane mengulik apa yang menarik untuk menjadi bahan gibahan. Ternyata koordinatornya ada lambang sebuah perusahaan, dan siapa di balik itu? JK. Pantes saja akhir-akhir ini JK melontarkan perulangan nada SARA, terutama berkaitan dengan warga terkaya di Indonesia, berkaitan dengan agamanya.

Biasa, ketika orang tidak mampu berprestasi, sangat terbuka kemungkinan untuk menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam. Memilih untuk juga menyalahkan pihak lain sebagai pembanding atau biang kerok.

Sikap bertanggung jawab yang lemah, bahkan buruk. Biasa mau rumahnya bersih, kemudian membuang sampah pada halaman tetangga. Hal yang hampir semua lakukan, ala politikus nirprestasi.

Sayang, negeri ini sedang melaju kencang mengejar ketertinggalan, masih saja diganggu, dan digandoli politikus malas, tamak, dan rakus terbiasa mengeruk kekayaan negara demi kepentingan sendiri.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply