Anies, kalau Tidak Salah, Mengapa Resah?

Usai deklrasi Nasdem yang sepi, safari politik yang tidak sesuai ekspektasi, jauh lebih riuh mengenai kemungkinan kasus korupsinya  menjadi urusan penegak hukum. KPK, kejaksaan, atau bareskrim bisa bergerak.  Padahal jika benar-benar menjalankan pemerintahan dengan semestinya tidak perlu risau.

Beberapa indikasi berikut adalah cerminan, bagaimana Anies Baswedan dan kelompok yang di belakangnya sangat galau, resah, gundah gulana, dan risau kalau gagal karena proses hukum.  Aneh sebenarnya, kalau memimpin dengan biasa saja, tidak usah aneh-aneh aman kog. Tidak perlu memainkan narasi aneh dan lucu seperti ini.

Padahal begitu banyak bupati-walikota, gubernur yang ngarep untuk naik jabatan, promosi, mau jadi pejabat di atasnya. Sangat wajar, asal kerja benar, bukan kurang ajar. Padahal sederhana Jakarta sudah    dirangcang dengan baik, tinggal melanjutkan. Padahal kalau itu sukses orang juga akan melupakan Ahpk atau Jokpwi.

Sayang bahwa ia mengambil posisi antiJokowi-Ahok, dan malah gagal total. Apapun yang dilakukan antitesis  dari yang telah dirancang oleh pendahulunya.  Padahal sangat sederhana dan mendapatkan tiket gratis, semua orang akan mengantarkan masuk istana. Lihat Jokowi, karena kinerjanya bagus, ia bisa naik level.

Nasi telah menjadi bubur. Itu pilihan Anies dan tim politiknya. Entah maunya apa dengan pendekatan yang asal kebalikan dari program Jokowi-Ahok, padahal itu malah membuat namanya makin tenggelam. Prestasi nol, wacana dan narasi saja gede. Banjir usai pengesahannya menjadi calon dari Nasdem jelas memperlihatkan mutunya.

Media Tempo mengaku mengutip pendapat dari Prof. Romli, padahal sama sekali tidak ada wawancara itu. Mengapa harus   membuat berita palsu, bohong, alias hoax, jika program, event itu memang baik-baik saja? Malah membuat publik makin curiga bahwa formula tamiya, eh E itu ada apa-apanya.

Gubernur DKI yang hampir berakhir ini, kala memenuhi panggilan KPK mengatakan, jika itu program pemprov, seolah-olah mau melepaskan diri dari tanggung jawab, bukan kerja atau program pribadinya. Lha gubernur kan juga melekat pada dirinya. Biasanya tidak melakukan saja mengaku-aku. Cek soal covid 19 yang amburadul dan ditangani pusat. Setelah sukses ia klaim sebagai karyanya. Mosok amnesia sih?

Tempo juga mengatakan calon presiden tidak boleh dijadikan tersangka. Mereka pasti tahu hanya mau membuat narasi sesat. Padahal, capres yang sudah dinyatakan sah oleh KPU sebagai calon presiden secara resmi, status tersangkanya bisa ditangguhkan. Penyesatan yang lagi-lagi membuat jadi tanda tanya.  Jika menjabat baik-baik saja, tidak perlu repot membuat pembelaan sengaco ini bukan?

Kesalahan Anies     Baswedan dan tim politiknya adalah menggunakan politik antiJokowi-Ahok, dan cnderung destruktif. Apa yang baik dibiarkan bobrok dan kembali zaman purba, apalagi dengan Heru masuk menggantikan, akan terpampang dengan sangat jelas seperti apa Jakarta dipimpin Anies.

Reputasi yang dibuat sendiri, bukan karena siapa-siapa. Pilihan ngaco hanya memelihara kelompok sempit dan mengedepankan model jangka pendek semata.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply