Kala Golkar Kembali Pecundangi PDI-P
Kala Golkar Kembali Pecundangi PDI-P
Banteng Terkapar di Depan Beringin
Partai beringin memang luar biasa. Begitu lihai dan lincah dalam bersikap. Jauh ke belakang, kita tahu bagaimana mereka mendukung Prabowo di 2014. Mereka kalah dalam pileg dan pilpres, namun bisa menguasai gedung dewan dengan KMP mereka. PDI-P keok, bahkan alat kelengkapan dewan saja mereka tidak diberi.
Pilpres kalah dan cepat-cepat melompat dan mendapatkan jatah menteri. Lagi-lagi banteng tidak berdaya. Lagi-lagi banteng dipecundangin Golkar. Hal yang sama terjadi ketika pileg 1999, Megawati pemenang pemilu tidak jadi presiden, parlemen juga dari luar partainya. Merana.
Sejarah terulang, di 2024. Banteng menggoda beringin, ingin bermain politik, namun lagi-lagi gagal. Mencoba menggaet Ridwan Kamil untuk meraup suara Jabar dan Golkar mau bergabung, toh mereka malah mundur, atas nama etika politik, kader partai lain dan partainya tidak mendukung.
Kesombongan. Hal yang miris. Politik itu dinamis, bukan rigid, namun sikap PDI-Perjuangan itu sangat kaku, rigid, dan tidak kenal kompromi. Lain dengan cara Golkar yang memang sangat pragmatis dan sangat dinamis. Ke mana angin bertiup mereka akan ikut menumpang di sana.
Lihat saja pernyataan-pernyataan Megawati yang sering dibesar-besarkan rivalnya, petugas partai, tanpa mereka, bukan siapa-siapa, dan sejenisnya. Padahal tidak perlu demikian.
Kaku. Membuat tidak lincah dan bergerak sangat lamban, bukan dinamis. Kesombongan, merasa memiliki DNA Sukarno, dan ideologis yang begitu kaku, membuat mereka kalah bersaing dan bersikap dengan cepat, tanggap, dan tepat menyikapi fenomena yang ada.
Ketum sentris. Ini masalah mendasar. Kekuatan begitu banyak, nasionalis, pluralis, dan peduli masyarakat akar rumput, namun semua hal adalah ketum. Ini menjadi kendala terbesar, ketika gerak dan pemikirannya tidak lagi selincah dulu.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan