Dikit-dikit Ayat, Tuhan, Neraka, dan Mabuk Agama

Minggu lalu, ketika berangkat ke gereja, membaca sebuah artikel yang dibagikan rekan, mengenai buku yang ditulis pengamat politik. Singkatnya, buku itu melaporkan negara-negara di mana kesejahteraan, angka korupsi kecil, dan keamanan tinggi ada pada negara yang menganggap agama tidak menjadi yang terpenting.

Ingat, ini bicara soal penganutnya, bukan soal agama A atau B. Males nanti ada komentar katanya rasis, SARA, dan label dicabut tanpa tahu esensi yang dibicarakan. Buku itu juga menyoal di mana Katolik, agama saya, biar jelas, ini bicara penganut agama gede biasanya mabuk. Philipina termasuk kurang tinggi angka keamanan, tetapi soal korupsi masih identik dengan bangsa ini, pun kesejahteraan.

Memilukan, bagaimana, bangsa ini khususnya, bisa memidanakan orang hanya karena perkataannya dianggap penistaan. Silakan cek sendiri, begitu banyaknya. Atau karena berbeda aliran saja orang bisa memberikan cap kafir pada sesamanya. Agama seolah menjadi tuhan malahan. Bagaimana tidak, dengan mengatasnamakan agama, orang bisa sampai membunuh. Adakah perintah Tuhan untuk membunuh?

Pengakuan terbaru, gadis ABG Perancis yang mengaku ngibul  padahal sudah membuat gurunya dipenggal dan dunia ribut karenanya. Ini soal perilaku beragama. Negara semaju Perancis saja ada keadaan demikian, apalagi di sini dan negara ketiga lainnya. Jauh lebih memilukan tentu saja.

Beberapa hari lalu, ada politikus senior yang mengunjungi  istana. Hanya 15 menit, itu pasti jauh lebih lama birokrasi yang harus dihadapi sebelumnya.  Lagi dan lagi konsep dan kata-kata agamis yang dipakai. Laknat, neraka jahanam, untuk membenarkan klaim dan opininya sendiri. Memalukan juga sebenarnya, ketika Presiden Jokowi dengan sepele silakan bawa bukti. 

2 thoughts on “Dikit-dikit Ayat, Tuhan, Neraka, dan Mabuk Agama

Leave a Reply