Prabowo: Pilkada Kembali Lewat DPR D, Lebih Murah

Prabowo: Pilkada Kembali Lewat DPR D, Lebih Murah

Setuju banget, konsep yang harus “dibeli” tidak perlu puluhan ribu atau juta suara. Hanya hitungan ratusan personal. Jika bicara lebih murah, jelas. Namun apakah demokrasi menjadi lebih baik? Sama sekali tidak. Mengapa?

Sama-sama akan menggunakan politik uang. Jumlah yang dibeli jelas jauh lebih sedikit, taruh kata saja separoh plus satu anggota DPRD I dan DPRD II, kali sekian rupiah selesai. “Beli” parpol beberapa juga pasti lebih murah dari pada saat ini. Artinya, lebih murah benar, tetapi soal mutu akan sama saja.

Berbeda ketika “membeli” masyarakat, berapa   banyak yang bisa mereka, para parpol dan calon harus berhitung. Jelas sesuai kandidat di daerah, jika dua selain Jakarta suara terbanyak. Jakarta bahkan 50% + 1 suara. Kalikan saja berapa rupiah  lagi.

Hal yang sama terjadi di desa-desa yang sejak dulu memang pesta rakyat. Rakyat bergembira bersama, kini juga dengan monetasi. Suara yang dibutuhkan kali rupiah, jaminan jadi kepala desa. Toh tidak semua, ada desa-desa yang mampu melahirkan pemimpin tanpa uang dan benar-benar bekerja keras untuk kemajuan desa dan rakyatnya.

Pun, kepala-kepala daerah banyak yang tidak menggunakan politik uang dan bekerja bagus. Cenderung yang tidak pakai uang yang bisa bekerja. Mirisnya memang tidak banyak, apalagi jika berkaca pada gelaran pileg, pilpres, dan pilkada, yang memang sangat ugal-ugalan.

Murah apalagi bagus atau tidaknya, bukan melalui apa, mau langsung atau tidak, sama saja, asal sikap mentalnya yang diperbaiki. Mau yang maju sebagai kandidat kepala daerah atau masyarakatnya. Hal ini jauh lebih penting, menyelesaikan masalah pada akarnya, bukan hanya mengganti caranya.

Belum lagi perilaku parpol yang masih sama saja, orientasi melalui kekuasaan dan kursi kepala ini dan itu. Cek saja bagaimana parpol yang kalah dengan segera merapat ke pemenang demi jabatan menteri. Mau apa dengan model demokrasi yang seperti ini?

Mentalitas itu yang penting dan mendasar, kan ada tuh politikus yang omong, ambil uangnya jangan coblos orangnya. Model begitu yang usul pilkada tidak langsung? Yakin bisa bersih beneran? Terlalu besar persoalan bangsa ini, karena agama sudah menjadi alat kekuasaan bahkan. Padahal standart moral di sana, itu saja sudah dikhianati, apalagi yang lain-lain.

Hanya beralih mode saja dengan pilkada langsung atau tidak langsung, jika tidak ada perubahan dan kehendak baik untuk memperbaiki mental dan cara berbangsa negeri ini dalam konteks pemilihan. Akan menambah kaya raya anggota dewan dan pengurus partai. Rakyat lagi-lagi hanya jadi pemanis semata dalam demokrasi memilih wakil partai dan mereka yang dapat duitnya.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan