TOP STORIES

Sisi Lain “Menyerahnya” Rizieq Shihab

Kedua, membawa korban jiwa langsung enam orang. Hal yang menjadi polemik karena ada dua klaim yang bertolak belakang. Jangan malah menyalahkan polisi, tanpa mau evaluasi diri, bahwa itu karena perilakunya yang mau mengamankan diri, sehingga ada korban dari pihaknya.  Ingat ini bukan membela polisi namun bahwa keberadaan dan penyebab adanya insiden itu apa coba? Apakah polisi yang ngaco atau karena adanya akar yang lebih dulu menjadi penyebab.

Logika melompat sering menjadi cara mereka bersikap dan menghadapi masalah. Terdesak akhirnya ngamuk, ngeroyok, dan memaki. Hal yang terus berulang, membuat ragu untuk bisa percaya narasi mereka dari pada kata polisi.

Ketiga, korban yang terdampak covid. Negara masih berjibaku untuk bisa menghentikan, minimal mengurani penyebaran. Eh ini malah mulai gubernur, wakil gubernur, dan banyak lagi yang menderita karena perjumpaan di Petamburan. Itu elit yang tercatat media. Sangat mungkin jauh lebih banyak yang tidak terekspose karena hanya orang biasa. Bisa saja mereka meninggal.

Artinya sangat mungkin juga menjadi masalah pada poin dua, kematian karena hanya mengikuti egoisme seseorang. Malah negara yang menanggung pula, padahal si penjamin ini adalah obyek caci maki mereka. 

Keempat, korban jabatan, dua kapolda, dua kapolres, dan masih banyak lagi, tanpa membahas drama Pemrov Jakarta yang mencopot dan memberikan promosi, masih banyak lagi yang menjadi korban egoisme pribadi dan jabatan-karir seseorang bisa habis. Sama sekali tidak ada ungkapan sesal dan prihatin, malah menebarkan kambing hitam terus. Apa iya model demikian pemuka agama?

Spiritualitas mendalam itu rela berkorban, bukan malah mengorbankan pihak lain demi memuaskan hasrat dirinya. Lagi-lagi logikanya kebalik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *