Di Balik Ikrar Ibas dan Fraksi Demokrat Setia pada AHY
Usai KLB keadaan makin memburuk karena pendekatan AHY cenderung kaku dan tidak menjalin komunikasi. Mencari pembenar ke mana-mana, pada pihak yang kontra frontal, provokatif, dan main pecat.
Saling lapor dan klaim telah tersaji. Semua merasa berhak, benar, dan pasti menang. Baguslah kalau keduanya masuk ke pengadilan, dan itu adalah jalan terbaik. Syaratnya kedua pihak sepakat dan mengakui keberadaan yang disetujui hakim. Tidak kemudian mengaku sah dan menang tanpa legalitas pengadilan.
Aneh, safari politik AHY, termasuk datang ke Yusuf Kalla. Menjadi lucu, ketika SBY pernah mendepak JK pada periode kedua. Apa arti dukungan oleh orang yang pernah ditendang?
Adiknya, Ibas yang sudah kehilangan apalan pantunnya, mengadakan deklarasi, sumpah setia pada AHY. Hal yang naif, berpolitik kakak-adik dengan menggerakan gerbong fraksi, di mana ia ketua. Apa sih sumbangsih Ibas bagi DPR?
Tuntutan oleh pendiri yang merasa AHY telah mengubah sejarah dan dokumen yang disahkan KemenkumHAM akan menjadi babak baru dan lebih panas. Ini hal yang serius, di mana ketua parpol bisa menjadi pesakitan karena mengubah sejarah partai demi kepentingan sendiri.
Apa yang terjadi itu wujud kepanikan dan kegalauan pengurus versi AHY yang makin kododoran dalam membela diri. Jauh lebih penting menjalin komunikasi internal, pendiri yang jengah, pengurus dan mantan pengurus yang terabaikan. Ini menjadi pokok sebenarnya dari pada safari yang hanya mencari dukungan, bahwa mereka lebih benar.
Kata dan kalimat yang membuat panas pemerintah bisa jadi bumerang. Hal yang seharusnya dikurangi.
Sakit itu ya diobati, bukan hanya ditiup agar nyaman. Sama dengan anak kecil yang jatuh belajar sepeda, lukanya hanya ditiup sang Mama, nyaman, tapi bahaya bisa infeksi. Tidak menyembuhkan malah bisa jadi bencana.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan