Pak SBY Curhat, dan 9 Alasan Sudahlah!

Menarik, usai “mengamuk” dan tuding sana-sini, mengungkit “jasa” dan tidak mendapatkan respons yang seperti dikehendaki, Pak SBY curhat. Media penyampaiannya sih baru, tapi kontens atau isinya sama saja. Mengeluh, merasa terzolimi, dan menjadi korban.

Hal yang miris, jika itu adalah perilaku kakek, mantan presiden, dan tentara pula. mengapa? Ada beberapa hal sebagai berikut;

Satu, orang yang selalu merasa menjadi korban itu sejatinya pribadi yang minder, kecil, dan rapuh. Hanya karena tuntutan lingkungan, keadaan, seolah tegar. Menjadi ambyar kala terdesak.

Kedua, merasa mendapatkan ketidakadilan, lagi-lagi gambaran pribadi yang sakit. Melihat semua dengan kaca mata ancaman, bukan peluang. Lagi-lagi ciri pribadi mandeg, tidak dewasa.

Ketika, risiko kanak-kanak berkuasa itu merepotkan banyak pihak. Karena  itu adalah sarana pemuasan diri. Nah, ketika tidak puas, atau sudah turun, maka akan tantrum berulang.

Keempat, kader Demokrat cenderung ABS, atau penjilat, jika itu layak dinyatakan pada publik. Padahal seharusnya tidak demikian. Pemimpin yang melenceng ya ditegur, bukan malah dicarikan pembenarannya.

Kelima, susah mendapatkan masukan untuk meluruskan perilaku yang menyimpang, maka banyak mendepak pribadi-pribadi yang tidak mau memuja. Terlihat dengan kader Demokrat saat ini.

pak sby

Keenam, fokus adalah dirinya. Orang lain itu penyokong dan ketika tidak mau mendukung diamuk, dimaki, dan dicaci, meskipun dengan bahasa halus.

Ketujuh, jangan harap model demikian itu memiliki pengabdian. Mengabdi pada dirinya sendiri itu yang menjadi perhatiannya.

Kedelapan, saatnya SBY berhenti tantrum. Kasihan, ini serius, bukan meledek. Bagaimana ia dihina-hina oleh anak buahnya sendiri. Kasihan, toh bagaimana pun ia adalah orang sepuh, presiden, dan  juga kakek dari cucu-cucunya.

Kesembilan. Berhentilah sebelum semuanya terlambat. Jangan sampai tuntutan ke pengadilan benar-benar terjadi. Saya tidak suka dengan perilaku politik Pak SBY dan anak-anaknya, tetapi sampai masuk penjara atau minimal pengadilan kog tidak tega.

Sudahlah Pak Beye, istirahat dan jadilah penasihat berbangsa. Mumpung masih cukup baik, sebelum semua terlambat.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

2 thoughts on “Pak SBY Curhat, dan 9 Alasan Sudahlah!

  • March 22, 2021 at 7:20 am
    Permalink

    Nah, ketika tidak puas, atau sudah turun, maka akan tantrum berulang. >>> Jadi ingat filsafat Pak Tjiptadinata Efendi. Banyak orang yang telah berkuasa saat turun panggung dia stress. He he … Selamat siang Mas Susy.

Leave a Reply